Mengungkap Kisah Tradisi Suku Sasak, Penculikan Calon Istri Sebagai Bagian Pernikahan

Mengungkap Kisah Tradisi Suku Sasak, Penculikan Calon Istri Sebagai Bagian Pernikahan

Mengungkap Kisah Tradisi Suku Sasak, Penculikan Calon Istri Sebagai Bagian Pernikahan-Foto: net-Net

PAGARALAMPOS.COM -  Di tengah indahnya pulau Lombok, tersembunyi sebuah tradisi unik yang telah berlangsung selama berabad-abad: penculikan calon istri sebagai bagian integral dari upacara pernikahan Suku Sasak.

Sebuah tradisi yang mungkin terdengar aneh dan kontroversial bagi banyak orang, namun memiliki makna mendalam dalam budaya mereka.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi misteri di balik tradisi ini, mengungkap alasan dan maknanya, serta memahami bagaimana penculikan calon istri menjadi bagian tak terlupakan dari perjalanan cinta dalam kehidupan Suku Sasak.

Selamatkan diri Anda untuk sebuah perjalanan yang penuh kejutan ke dalam kebudayaan yang memadukan tradisi lama dengan nilai-nilai cinta yang kuat.

BACA JUGA:Menggiurkan! Temuan Logam Mulia Gunung Padang Dilirik Peneliti, Siapa Pemilik Sebenarnya Kekayaan Alam Itu?

Keduanya akan membuat 'perjanjian' kapan proses penculikan ini akan dilaksanakan.

Aksi penculikan yang boleh dilakukan pada malam hari saja harus ditutup rapat-rapat, termasuk tidak boleh diketahui oleh orang tua dari pihak perempuan.

Perlu diketahui, aksi penculikan itu dilakukan tanpa ada paksaan dan sudah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak.

Dalam tradisi unik Suku Sasak ini calon pengantin perempuan akan kabur keluar rumah tanpa sepengetahuan keluarga nya dan calon pengantin pria akan menunggu hingga perempuan itu keluar aksinya itu harus dilakukan pada malam hari.

 BACA JUGA:Indonesia, Pernikahan Suku Ini Sangat Unik, Masa Iya Malam-Nya Harus Begini...

Setelah berhasil keluar rumah mereka akan pergi keluar kampung dan menginap di salah satu kerabatnya.

Keluarga pria lalu akan merekam kejadian tersebut dan meminta kepala dusun untuk melaporkan kejadian tersebut pada keluarga perempuan, bahwa anak perempuan mereka telah diculik.

Setelah itu kedua pasangan itu akan langsung dinikahkan karena telah diketahui oleh masyarakat desa.

Dan jika dalam proses itu terjadi keributan maka pihak keluarga pria akan mendapatkan denda yang harus dibayarkan dalam bentuk uang.

 BACA JUGA:Gak Gini Juga Keles, Tradisi 5 Suku Ini Tak Lazim Banget Saat Malam Pertama

Perlu juga diketahui, prosesi merarik atau kawin culik ini dilakukan oleh pasangan kekasih yang sebelumnya memang telah berpacaran.

Bahkan masyarakat suku Sasak menganggap merarik yang sudah dilakukan secara turun menurun ini lebih terhormat daripada melamar.

Tradisi kawin culik ini dikaitkan dengan cerita pada zaman dahulu kala ada seorang putri raja yang cantik jelita.

Begitu banyak laki-laki yang tergila-gila padanya. Hingga akhirnya sang raja membangun kamar sang putri dengan perlindungan dan penjagaan ketat sehingga si gadis aman.

 BACA JUGA:Mengungkap Asal Usul Candi Negeri Baru dan Kaitannya dengan Kerajaan Majapahit di Kalimantan Barat

Setelah itu, sang raja mengadakan sayembara barang siapa yang bisa menculik sang putri maka dia akan berhak menikahi.

Tidak hanya memiliki proses yang unik atau tradisi unik dalam hal pernikahan Suku Sasak kawin culik juga memiliki makna yang sangat dalam.

Masyarakat Suku Sasak mengartikan bahwa sesuatu yang dicuri berarti memiliki nilai yang sangat berharga.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan yang dibawa lari tersebut dipandang sangat berharga dan tinggi kedudukannya.

 BACA JUGA:Tak Hanya Kental Akan Budaya, Ternyata Jogja Miliki Destinasi Wisata yang Angker!

Pada zaman dahulu perempuan Suku Sasak hanya diperbolehkan menikah ketika dia sudah mahir menenun.

Mereka akan membuat kain khas Suku Sasak dengan menggunakan alat tradisional.

Saat ini tradisi unik semacam ini masih diterapkan di Desa Sade Lombok Tengah.

Demikian cerita singkat tradisi kawin culik suku sasak, semoga menghibur dan menambah pengetahuan terkait keragaman budaya bangsa.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: