No Escape (2015), Kisah Survive di Tengah Chaos dan Kudeta Berdarah nan Kejam (06)
Kisah Survive di Tengah Chaos dan Kudeta Berdarah nan Kejam--google.com
BACA JUGA:CEK! Sebelum Lakukan Pengajuan KUR Simak Suku Bunga dan Persyaratan Lainnya
Pada 6 Februari 2015, film tersebut diumumkan akan berganti judul menjadi No Escape, dan perilisannya ditunda sampai 2 September 2015. Tanggal perilisan kemudian kembali diubah, kali ini pada 26 Agustus 2015.
Film tersebut mendapatkan izin untuk dirilis di Thailand setelah para pembuat film sepakat untuk tidak mengidentifikasikan negara dimana film tersebut difilmkan atau menggambarkannya secara negatif.
BACA JUGA:Kok Bisa Malam Pertama Suku Ini Harus Lakukan Ini Dulu, Ga Masuk Akal!
Dalam sebuah wawancara untuk The Straits Times, salah satu penulis Drew Dowdle menjelaskan;
"Kami sangat hati-hati untuk tak membuatnya Thailand dalam film tersebut, sehingga tak ada bahasa Thai yang dipakai ... Tak ada tanda berbahasa Thai dan sebagian bahasa yang dipakai penduduk lokal adalah campuran bahasa Laos, suku bukit dan bahasa lain."
Para pembuat film juga diminta untuk tak memakai gambar-gambar monarki Thai dan "Jangan pernah menampilkan raja atau warna kuning, karena itu adalah warna raja".
Sutradara John Dowdle menambahkan bahwa mereka juga berkata; "tak ada Buddha ... tak boleh ada hal buruk apapun di depan Buddha”.
BACA JUGA:Mirip Gunung Padang, Temuan Situs Megalitikum di Pegunungan Siberia Ini Juga Terbesar di Dunia
Dikritik karena plot stereotip tentang negara-negara Asia Tenggara.
Kontroversi: Setelah trailer untuk film tersebut dirilis, sebuah keresahan sosial terjadi di Kamboja atas pemakaian tulisan-tulisan Khmer di tameng-tameng polisi.
Kementerian Budaya dan Seni Rupa Murni kemudian melarang film tersebut ditayangkan di Kamboja.
BACA JUGA:Misteri 3 Ton Logam Mulia di Gunung Padang, Simak Analisa Arkeolog Seperti Ini
Sin Chanchaya, direktur Departemen Film berkata bahwa keputusan untuk mencekal film tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: