Kisah Menarik Dewi Anjani di Gunung Rinjani, Ternyata Ada Hubungannya dengan Cupumanik

Kisah Menarik Dewi Anjani di Gunung Rinjani, Ternyata Ada Hubungannya dengan Cupumanik

Misteri Nama Gunung Rinjani: Antara Legenda dan Sejarah--Instagram

PAGARALAMPOS.COM - Cerita rakyat Dewi Anjani bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari nenek moyang. 

Melalui cerita-cerita ini, generasi muda dapat mengenali identitas dan jati diri bangsa, mengambil hikmah, serta belajar menghargai alam dan lingkungan sekitarnya.

Dalam setiap cerita rakyat, terdapat pesan moral dan nilai-nilai kehidupan yang tercermin dalam karakter tokoh-tokoh legendaris.

Dewi Anjani sendiri mengajarkan tentang rasa kasih sayang, keberanian dalam menghadapi cobaan hidup, dan konsekuensi dari perbuatan manusia.

BACA JUGA:Gunung Padang Berusia 13 Hingga 23 Ribu Tahun, Peneliti Temukan 3 Ton Logam Mulia Dan Hal Ini!

Kisah tentang Dewi Anjani juga menyentuh aspek-aspek kehidupan manusia, seperti keluarga, persaudaraan, pengorbanan, serta hubungan dengan alam dan kehidupan sekitarnya.

Cerita tentang Dewi Anjani dihubungkan dengan sebuah pusaka kedewataan bernama Cupumanik Astagina yang diberikan oleh Bhatara Surya kepada Dewi Windradi.

Namun, Bhatara Surya memberikan syarat bahwa pusaka tersebut tidak boleh ditunjukkan kepada siapa pun, termasuk anak-anaknya.

Meskipun demikian, karena rasa sayang yang mendalam, Dewi Windradi akhirnya memberikan pusaka Cupumanik kepada Dewi Anjani. 

BACA JUGA:Terungkap! Koin Kuno Abad ke-52 SM Ddi Gunung Padang Menyimpan Rahasia Zaman Purba yang Penuh Mi

Namun, saat saudara-saudaranya mencoba menyentuh pusaka tersebut, kebenarannya terbongkar, dan hubungan Dewi Windradi terungkap.

Resi Gotama, ayah mereka, marah dan mengutuk Dewi Windradi menjadi batu serta melemparkan pusaka sakti ke udara yang diperebutkan oleh ketiga anaknya. 

Pusaka itu terbelah menjadi dua dan menjadi sebuah telaga. Mereka yang menyentuh telaga itu seketika terkutuk dan berubah menjadi kera. Resi Gotama memerintahkan mereka untuk bertapa sebagai upaya menebus dosa.

Suatu hari, Batara Guru melewati Telaga Madirda, Dieng, yang merupakan tempat Dewi Anjani sedang bertapa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: