Batu Tapak Harimau Bikin Wisatawan KEPOO, Mitos Pertapaan Prabu Siliwangi Yang Menghilang Moksa

Batu Tapak Harimau Bikin Wisatawan KEPOO, Mitos Pertapaan Prabu Siliwangi Yang Menghilang Moksa

Pengalaman tersebut tentunya menggugah rasa ingin tahu dan kekaguman terhadap warisan sejarah yang luar biasa ini. 

Dalam konteks kebudayaan megalitikum, Robert von Heine-Geldern, seorang etnograf, sejarawan, dan arkeolog asal Austria, mengungkapkan bahwa ada dua gelombang kebudayaan megalitikum yang mempengaruhi Indonesia.

BACA JUGA:Mendunia, Meski Mengundang Kontroversi Temuan Di Gunung Padang Banggakan Indonesia

Pertama adalah Megalitikum Tua yang datang pada era Neolitikum (2500-1500 SM). Kebudayaan ini dibawa oleh pendukung kebudayaan Kapak Alun-Alun (Proto Melayu).

Contoh struktur bangunan dari era Megalitikum Tua meliputi menhir, punden berundak-undak, dan arca-arca statis.

Kedua adalah Megalitikum Muda, yang masuk ke Indonesia pada era Perunggu (1000-100 SM). Kebudayaan ini dibawa oleh pendukung kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).

Contoh struktur bangunan dari era Megalitikum Muda meliputi peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus, dan arca-arca dinamis.

Gunung Padang menjadi saksi bisu dari peradaban megalitikum di Indonesia. Situs ini menghadirkan kekayaan sejarah dan arkeologi yang memikat, memungkinkan kita untuk menyelami masa lalu dan menghargai warisan nenek moyang kita.

Meskipun masih banyak yang perlu dipelajari dan diungkapkan, Gunung Padang telah menjadi bukti penting tentang kehidupan prasejarah manusia di wilayah ini.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: