Misteri Gunung Padang Terkuak! Menggali Rahasia Suara Musik dan Cahaya Misterius
Misteri Gunung Padang Terkuak! Menggali Rahasia Suara Musik dan Cahaya Misterius--Instagram
PAGARALAMPOS.COM – Situs Gunung Padang di Cinajur Jawa Barat sungguh-sungguh menyimpan teka-teki.
Banyak legenda tersimpan dikeindahan tempat di puncak bukit itu. Masih diceritakan oleh masyarakat setempat, Situs Gunung Padang disebut Bukit Cahaya, karena pada malam hari terkadang terlihat cahaya di puncak bukit itu.
Keanehan, keberadaan cahaya itu, sesuai terdengar suara musik. Tumpukan balok batu yang berantakan saat ini ada yang bisa mengeluarkan bunyi jika dipukul.
Dikutip dari beberapa sumber, bentuk batu yang memanjang dan tekstur yang beragam menarik banyak pihak untuk menyelidiki.
BACA JUGA:Fix. Atlantis yang Hilang Adalah Indonesia, Ciri-cirinya Ditemukan di Gunung Padang?
Bahkan ada bebatuan yang bisa mengeluarkan bunyi laiknya alat musik gamelan apabila diketuk.
"Kalau disebut itu mah batu gamelan. Itu di teras I yang bentuknya panjang, ujar salahseorang pemandu Situs Gunung Padang.
Tekait bunyian nada, musik di situs Gunung Padang sudah diteliti orang barat. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada.
Fungsi situs Gunung Padang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM.
BACA JUGA:Entah Hilang Kemana? 3 Pendekar Sakti di Pulau Jawa ini Tak Pernah Ditemukan Hingga Saat ini
Soo, teka-teki tentang musik, mungkin erat kaitannya dengan ritual pemujaan orang purb di zaman megalitikum.
Peneliti dari Bandung Fe Institute menemukan di sudut belakang bagian timur undak pertama situs Gunung Padang ada sejumlah batu yang tersusun sedemikian rupa.
Dengan memukulnya akan terdengar suara nyaring berfrekuensi tinggi bagaikan nada-nada.
"Bebatuan tersebut seolah menjadi sebuah alat musik litofonik purba. Tapi berbeda dengan berbagai artefak litofonik warisan megalitik yang juga ditemukan di banyak negara di kawasan Asia Tenggara, ukuran dari artefak ini jauh lebih besar dimensinya," ujar peneliti Bandung Fe Institute, Hokky Situngkir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: