Karena Kutukan Brawijaya, Keturunan Adipati Cepu Dilarang Naik Gunung Lawu?

Karena Kutukan Brawijaya, Keturunan Adipati Cepu Dilarang Naik Gunung Lawu?

Karena Kutukan Brawijaya, Keturunan Adipati Cepu Dilarang Naik Gunung Lawu?-tangkapan layar-Grid.id

PAGARALAMPOS.COM - Wisata serta situs sejarah Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dan Magetan, Jawa Timur, menyimpan sejuta cerita.

Dipenuhi dengan sejarah yang sangat erat kaitannya dengan kerajaan terbesar di nusantara,  yaitu Kerajaan Majapahit.  

Dari cerita di tengah masyarakat sekitar, gunung tertua di Pulau Jawa merupakan tempat Prabu Brawijaya mengasingkan diri.

Sang Raja Majapahit terakhir itu menjadikan Gunung Lawu sebagai area pertapaan di sisa hidupnya, dan didampingi oleh dua abdi dalem setianya yaitu Sabdo Palon dan Noyo Genggong.

BACA JUGA:Oh Bukan Orang Indonesia. Ternyata Ini Sosok Pertama yang mengupas Tabir Misteri Situs Padang?

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang pernah berdiri pada abad ke-13 hingga abad ke-16. Namun, ada juga yang menuliskan berdiri pada abad ke-14 hingga abad ke-15. 

Kerajaan Majapahit terletak dan berpusat di Jawa Timur, dan dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar di wilayah Asia Tenggara pada masa lalu.

Dalam catatan sejarah, Majapahit hampir menguasi seluruh daerah Nusantara pada masa itu.

Pendiri Majapahit, Raden Wijaya pada tahun 1293, yang merupakan menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.

BACA JUGA:Menelusuri Keajaiban Warisan Budaya: Inilah Kisah Sejarah Penyebaran Suku Palembang, Simak Disini!

Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari Kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari. Pada tahun 1292 M, terjadi pemberontakan di Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang yang menyebabkan runtuhnya Singasari.

Pada waktu itu Raden Wijaya melarikan diri bersama Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mendiami sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.

Penamaan Majapahit didasarkan pada nama buah maja yang banyak ditemukan diwilayah Trowulan serta memiliki rasa yang pahit. Wilayah Majapahit berkembang hingga mampu menarik simpati penduduk Daha dan Tumapel.

Niat balas dendam Raden Wijaya terbantu lebih cepat setelah adanya pasuka Khubilai Khan yang tiba pada 1293. Setelah mengalahkan Jaya Katwang, Raden Wijaya kemudian menyerang pasukan Mongol dibawah Kubulaikhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: