6 Pusake Besemah Yang Dicuci
Pusake Besmeh di Cuci-Madon Pagaralampos-pagaralampos.com
PAGARALAM – Pemukulan gong yang dilakukan Walikota Pagaralam, Alpian Maskoni SH diwakili Asisten III Bidang Administrasi Umum, Drs H Hermawan MM, menandai dimulainya giat Pelindungan Cagar Budaya Ritual Pembersihan Pesake (Regalia), digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pagaralam, bertempat di halaman SD Negeri 74 Kota Pagaralam Kompleks Perkantoran Gunung Gare, kemarin
“Pemkot Pagaralam mengapresiasi langkah dilakukan Disdikbud Kota Pagaralam dalam upaya pelestarian budaya di Kota Pagaralam dengan pelaksanaan giat Pelindungan Cagar Budaya Ritual Pembersihan Pesake (Regalia),” ujar Hermawan.
Menurut Hermawan, kebudayaan merupakan suatu identitas dari suatu wilayah. Seperti diketahui, di Pagaralam memiliki banyak kebudayaan seperti jika ada hajatan atau sedekah, pihak pemilik hajatan pun memantau tamu undangan untuk dapat mencicipi hidangan yang telah disediakan atau dikenal dengan istilah pantauan.
“Hal semacam ini tentunya bagi masyarakat dari luar Kota Pagaralam adalah ciri khas kalau di Pagaralam atau Besemah itu bila ada hajatan pasti ada kebudayaan pantauan, hingga menarik perhatian bagi tamu undangan yang datang ke Pagaralam,” jelasnya.
Mengenai pelaksanaan ritual pembersihan pusake ini kata Hermawan, merupakan suatu hal yang patut disyukuri. “Kita tidak boleh mencampuradukan antara budaya dan agama, mengingat tujuan dari pembersihan pusaka ini tak lain sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya,” bebernya.
Lanjut Hermawan setiap daerah di Pagaralam tentu memiliki beragam pusake yang menjadi suatu bentuk kebanggaan dari suatu komunitas atau masyarakat di suatu tempat. “Semisal di Jambat Bale ada pesake. Dan ini merupakan suatu keagungan bagi warga Jambat Bale. Hal ini karena kita menghormati tinggalan budaya pesake. Kegiatan semacam ini juga jangan sampai sebatas ini saja, mungkin bisa diagendakan secara baik dengan mengundang Kabupaten/Kota tetangga,” imbuhnya.
Kepala Disdikbud Kota Pagaralam, H Cholmin Heryadi SPd MPd melalui Kabid Kebudayaan, Hj Lusi Suriyani MSi menuturkan maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan tradisi adat budaya yang dimiliki oleh masyarakat Besemah Kota Pagaralam.
“Ritual pembersihan pesake bagian dari upaya kita melestarikan tinggalan benda-benda pusaka di Pagaralam. Apalagi hal ini menunjukkan jika di Kota Pagaralam memiliki banyak peninggalan benda-benda pusaka,” tutupnya.
Berikut 6 Pusake Besemah
Beragam jenis pesake khas Besemah Pagaralam turut ditampilkan dalam giat Pelindungan Cagar Budaya Ritual Pembersihan Pesake (Regalia), digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pagaralam, bertempat di halaman SD Negeri 74 Kota Pagaralam Kompleks Perkantoran Gunung Gare.
Pembersihan pesake atau mandikah pesake ini diawali dengan pemandian pesake dari Sumbay Mangku Anom, berupa pasake Keghis Iras Semidang Kancing berada di daerah Tanjung Pasai, yang usianya telah tue umure dan bisa digunakan pada saat jeme ribut, jeme lenget hingga jeme lenget di hutan.
Pada saat jeme ribut, Keghis Iras Semidang Kancing ini dikeluarkan, sebagai peredam atau penenang kedua belah pihak, yang tengah bersitegang atau bertikai. Setelah itu, ada juga Balau Kelias, yang digunakan sebagai penangkal binatang buas.
“Keghis Iras Semidang Kancing gunae nek pelindung, kandek ngelindungi masyarakat di dusun bila ada yang ribut dan bersitegang, bisa tenang dan damai. Pun dengan Balau Kelias, berguna untuk penangkal binatang, untuk Kelias sendiri anti api, digunakan di depan rumah bila ada kebakaran insyaa Allah api tadi redam,” ujar Sukandi, mewakili Jurai Tue Sumbay Mangku Anom.
Kemudian ada pula pesake dari SumbayTanjung Ghaye berupa Keghis Bentake. “Keghis ini merupakan titipan dari nineng dikale kepada saya. Keghis ini tinggale di rumah baghi yang telah berusia lebih dari 300 tahun, dengan memiliki 7 lok yang melambangkan 7 lapis langit, yang bila kita tegakkan ke atas seperti payung. Filosinya ialah kandek ngelindungi anak cucu,” terang Jurai Tue Sumbay Tanjung Ghaye, Firmansyah.
Selain itu, ada pula pesake Sumbay Ulu Rurah, berupa pesake Keghis. Tak ketinggalan juga dari Sumbay Besak, yang turut memandikan pusake berupa Keghis Tarung Bubus. “Mpok kecik keghis ini, bisa digunakan sebagai pelindung dan penghalang,” ujar Marwan, Jurai Tue Sumbay Besak.
Sama halnya dengan Sumbay Penjalang, pada giat pembersihan pesake tersebut, Sumbay Penjalang membersihkan pesake berupa keghis. Dan kelima, ada dari Sumbay Semidang, yang melakukan prosesi ritual mandika pusake berupa keghis.
“La nginak gale,” seru Chozali, Jurai Tue Suku Semidang sembari mengangkat Keghis Tata Renjune. Menurut Chozali, asal mula dibuatnya Keghis Tata Renjune ini, benar atau tidak wallallahuallam dibuat dari ‘kalam’ ucapan, “Ini menandakan kepada kita agar rajin bershalawat kepada Allah SWT,”imbuhnya. ()
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: