Sumsel Siap Menuju Angka Stunting 14%
PAGARALAM POS, Pagaralam – Gubernur Provinsi Sumsel H Herman Deru menyatakan, jika ditunjukknya Kota Pagaralam sebagai tuan rumah Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) ke-XXIX tingkat Provinsi Sumsel tahun 2022, lebih dikarenakan Kota Pagaralam berhasil turunkan angka stunting menjadi terenda di Sumsel.
“Ada beberapa hal yang menjadi catatan saya, ketika jaman orde baru, kalau kita bicara BKKBN atau KB, kita bicara soal lingkaran biru. Artinya, pengendalian jumlah penduduk, yang dirasakan jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia, bukan menjadi sebuah ancaman lagi, sehingga pengelolaannya menjadi berubah arah,” ujar Herman Deru.
Ketika penduduk sudah bertambah, sebut Herman Deru, tentu ada residunya yakni soal stunting, secara Nasional angka stunting berada di 24,4 %, bayangkan bila dikalikan dengan 270 juta penduduk Indonesia. Kendalanya dimana ? termasuk di daerah Provinsi Sumsel ini, jumlah angka stuntingnya 24,8%.
“Pasti ada sesuatu pengelolaan yang harus kita perbaiki, baik hulu tengah dan hilir. Di bagian hulu ada calon ibu, bagian tengah ibu hamil dan hilir adalah anak yang dilahirkan sampai dengan kurun waktu 1.000 hari pertama kehidupan. Ini tanggungjawab siapa, ya kita yang kini tengah diberikan amanah dan tanggungjawab,” ungkapnya.
Apapun amanah yang diterima, kata Herman Deru, mempunyai tanggungjawab yang sama, tapi Provinsi Sumsel rentan kendalinya, karena topografi dan jaraknya, harus ada pendegledasian di setiap wilayah atau cluster-cluster yang dibangun.
Antara lain domainnya siapa PKK, maka otomatis para istri kepala daerah, wakil kepala daerah harus aktif. “Bahkan wakil kepala daerah, harus jadi eks opisio Ketua Satgas Penurunan Stunting, saya minta ada periode tertentu, dalam satu tahun kita mengevaluasi, mulai dari jumlah yang terdata di KUA, sampai pada saatnya di bimbing oleh petugas,” ucap Herman Deru.
Maka ini sudah barang tentu, jelas Herman Deru, adalah kerja yang komprehensif. “Saya mintakan KUA di setiap Kecamatan di Sumsel, melibatkan juga tim dari BKKBN atau sejenisnya, untuk memberikan bimbingan atau paling tidak meminta artikel atau brosur, yang bisa dibagikan kepada calon-calon ibu,” paparnya.
Dalam kondisi yang surplus pangan, sambung Herman Deru, kenapa masih tinggi angka stuntingnya ? Pasti ada pola hidup yang salah. Salahsatu contohnya banyak sekali para remaja yang diet, tapi salah bimbingan, mengurangi asupan makanan, apakah itu karbo, protein atau lemak yang tidak seimbang.
“Sehingga menghasilkan calon ibu yang tidak kronis, karena salah memilih pola hidup. Stunting ini benar masif terjadi pada midle low, yakni tingkat ekonomi menengah ke bawah, tapi bukan tidak mungkin terjadi pada tingkat ekonomi yang baik, karena dietnya yang salah, ini salahsatu contohnya saja, belum lagi pola hidup kita yang asal kenyang, kita berharap melalui peringatan HARGANAS ini, kita di Sumsel siap menuju angka stunting 14%,” tandasnya. (Cg09)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: