Madain Saleh dan Warisan Kaum Tsamud: Menguak 4 Monumen Bersejarah yang Penuh Peringatan Ilahi

BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Museum Joang '45: Jejak Perjuangan di Tengah Jakarta!

Salah satu yang paling terkenal adalah Qasr Al-Farid, yang berarti "Benteng yang Terpencil". Meski belum selesai sepenuhnya, bangunan ini menjadi simbol kemegahan arsitektur Nabatea yang artistik dan rumit.

Di dekatnya terdapat Makam Lihyan bin Kuza, yang memiliki pintu masuk luas dan ruangan dalam untuk tempat peristirahatan tokoh penting.

Ukiran dindingnya memberikan gambaran tentang spiritualitas dan kepercayaan masyarakat masa itu.

Lebih dari Sekedar Pemakaman

Madain Saleh juga menyimpan sisa-sisa kuil kuno seperti Al-Khuraymat dan Al-Sabika, yang dulunya berfungsi sebagai tempat ibadah dan ritual.

BACA JUGA:Sejarah Danau Ranau: Warisan Geologi dan Budaya di Perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung!

BACA JUGA:Sejarah Monumen Bambu Runcing: Simbol Perjuangan Rakyat Surabaya Melawan Penjajah!

Selain itu, ditemukan pula bekas rumah tinggal, sistem irigasi kuno, dan sumur air, menandakan bahwa kawasan ini dulu merupakan kota dengan masyarakat terorganisir dan peradaban maju.

Namun, pada abad ke-3 Masehi, kota ini mulai ditinggalkan setelah Kerajaan Nabatea mengalami kemunduran.

Pelestarian dan Penelitian Modern

Minat terhadap Madain Saleh kembali muncul pada abad ke-19 saat penjelajah Swiss Johann Ludwig Burckhardt memperkenalkan situs ini ke dunia luar.

Saat ini, situs ini menjadi fokus konservasi dan penelitian yang dilakukan oleh otoritas pariwisata serta warisan budaya Arab Saudi.

Berbagai proyek restorasi dan pengembangan kawasan wisata terus dilakukan untuk menjaga kelestarian situs sekaligus memperkenalkannya sebagai bagian penting dari sejarah Arab dan peradaban kuno.

BACA JUGA:Menguak Fakta Sejarah Rengasdengklok: Penculikan Demi Kemerdekaan!

Sumber: