Angkul-Angkul Bali: Evolusi Gerbang Tradisional dari Budaya Leluhur hingga Desain Kontemporer

Jumat 21-11-2025,00:57 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Memasuki masa kolonial hingga era modern, Angkul-Angkul tetap menjadi elemen penting dalam arsitektur Bali.

Pemerintah daerah bahkan turut mendorong pelestariannya. Saat ini, bentuk Angkul-Angkul tidak hanya ditemukan di rumah tradisional, tetapi juga digunakan pada pintu masuk pura, villa, penginapan, dan beragam bangunan wisata.

Fungsi Sosial dan Spiritualitas

Dari sisi estetika, Angkul-Angkul memberi kesan indah dan menyambut bagi tamu. Secara sosial, keberadaannya menjadi simbol keramahan pemilik rumah. Sementara itu, dari perspektif spiritual, struktur ini menjadi batas antara area luar yang profan dan pekarangan rumah yang dianggap suci.

Beberapa Angkul-Angkul dilengkapi pintu kayu yang ditutup saat upacara adat untuk menjaga kesakralan pekarangan.

BACA JUGA:Sejarah Gunung Ciremai: Jejak Alam dan Legenda di Puncak Jawa Barat!

Pada perayaan Galungan dan Kuningan, pintu gerbang ini biasanya dihias penjor dan berbagai ornamen janur sebagai simbol sukacita dan rasa syukur.

Pelestarian di Era Modern

Meskipun gaya arsitektur modern semakin berkembang, esensi Angkul-Angkul tetap dipertahankan. Para arsitek Bali kini memadukan bentuk tradisional ini dengan material modern seperti beton atau kaca sehingga tercipta perpaduan antara nilai klasik dan nuansa kontemporer.

Pelestarian Angkul-Angkul tidak hanya bertujuan menjaga bentuk bangunannya, tetapi juga memastikan generasi muda memahami filosofi dan budaya leluhur yang terkandung di dalamnya.

Kategori :