Sejarah Bahari Raja Ampat: Dari Legenda Empat Raja hingga Pusat Keanekaragaman Laut Dunia!

Senin 17-11-2025,09:10 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

BACA JUGA:Sejarah Museum Perjuangan Mandala Bhakti: Jejak Heroisme dan Warisan Patriotisme di Semarang!

Pada abad ke-15 hingga 17, wilayah Raja Ampat berada dalam pengaruh Kesultanan Tidore.

Sebagai bagian dari jaringan kekuatan laut di kawasan timur Indonesia, Raja Ampat menjadi titik penting untuk perdagangan rempah-rempah, terutama pala dan cengkih.

Para pedagang dari Maluku, Papua, hingga Arab dan Portugis berlayar melalui perairan ini.

Masyarakat Raja Ampat saat itu memberikan upeti kepada Kesultanan Tidore berupa hasil laut, sagu, dan burung cenderawasih.

Sebagai gantinya, mereka mendapat perlindungan serta akses perdagangan yang lebih luas.

Jejak pengaruh Tidore terlihat pada struktur pemerintahan lokal, seperti hadirnya kepala adat yang disebut gimalaha atau raja kecil.

Masa Kolonial dan Penjelajahan Eropa

Kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-16 menambah babak baru dalam sejarah bahari Raja Ampat.

Penjelajah seperti Alfred Russel Wallace pernah singgah di kawasan ini dan menuliskan kekayaan biodiversitasnya.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Museum Affandi: Jejak Sang Maestro di Yogyakarta!

Namun karena daerah ini jauh dari pusat kolonial, Belanda tidak terlalu menguasai secara langsung, melainkan melalui sistem pengaruh Tidore.

Walau begitu, Raja Ampat sudah dikenal sebagai wilayah dengan laut yang melimpah, dihuni spesies endemik, dan memiliki nilai ilmiah tinggi.

Era Modern dan Penetapan Kawasan Konservasi

Memasuki abad ke-20 hingga awal abad ke-21, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa Raja Ampat adalah pusat keanekaragaman hayati laut dunia.

Para ahli biologi kelautan menemukan lebih dari 500 jenis terumbu karang dan ribuan spesies ikan. Temuan ini menjadikan Raja Ampat disebut sebagai The Heart of Coral Triangle.

Kategori :