Misteri di Balik Serangan Raden Mas Said: Strategi Jenius atau Dendam Pribadi?

Selasa 04-11-2025,15:55 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Raden Mas Said, yang kemudian dikenal luas sebagai Pangeran Sambernyawa, adalah tokoh besar dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Namanya dikenal karena kecerdikan strategi dan semangat juangnya yang luar biasa dalam menentang kekuasaan VOC.

Perlawanan besar yang ia pimpin dimulai sekitar tahun 1752, saat ia melancarkan serangkaian serangan terhadap pasukan Belanda dengan taktik gerilya yang licin dan sulit diprediksi.

Ia dikenal sebagai pemimpin yang mampu memanfaatkan kondisi medan dengan sangat efektif, terutama saat bergerak melalui hutan dan wilayah-wilayah terpencil untuk menghindari pantauan musuh.

Dalam perjalanan perjuangannya, Raden Mas Said sempat menembus kawasan Jogorogo, setelah berhasil memimpin serangan keempat bersama para pejuang di Ponorogo. Aksi ini menjadi titik penting dalam perjuangan panjangnya.

BACA JUGA:Cara Mengecas iPhone yang Benar, Tips Agar Baterai Tahan Lama dan Sehat

Sebelumnya, wilayah Ponorogo berada di bawah kekuasaan Madiun dan menjadi target beberapa serangan dari pasukan Pangeran Mangkubumi, meski upaya tersebut belum membuahkan hasil.

Pada masa itu, Raden Adipati Surodiningrat, Bupati Ponorogo yang berpihak pada VOC, gugur dalam pertempuran.

Berdasarkan catatan sejarah dari Lucien Adam (Residen Madiun tahun 1934–1938), Gubernur Jenderal VOC Jacob Mossel menggambarkan situasi konflik tersebut sebagai kondisi yang rumit dan menegangkan, hingga berujung pada kematian Surodiningrat.

Kemenangan di Ponorogo membawa perubahan besar dalam arah perjuangan. Di lereng Gunung Lawu, Raden Mas Said akhirnya bertemu dengan Pangeran Mangkubumi. Pertemuan ini menjadi awal dari terbentuknya aliansi strategis antara keduanya dalam menghadapi penjajahan Belanda.

BACA JUGA:Sejarah Museum Lambung Mangkurat: Penjaga Warisan Budaya Banjar dan Kalimantan Selatan!

Setelah menyatukan kekuatan, mereka melanjutkan serangan ke arah utara Gunung Lawu melalui Jogorogo, wilayah yang kini termasuk dalam Kabupaten Ngawi.

Pada serangan keempat, pasukan gabungan tersebut berhasil menaklukkan Ponorogo—sesuatu yang sebelumnya selalu gagal dilakukan.

Keberhasilan ini tidak hanya merupakan kemenangan militer, tetapi juga berdampak pada perubahan struktur kekuasaan di daerah tersebut.

Setelah wilayah itu dikuasai, Raden Mas Said menunjuk pejabat baru untuk memimpin Ponorogo. Namun, keputusan ini menimbulkan ketegangan karena seharusnya wewenang pengangkatan pejabat berada di tangan Pangeran Mangkubumi, yang memiliki posisi lebih tinggi dan dihormati.

Kategori :