Patung Lembuswana: Ikon Budaya Kutai dan Jejak Legenda Kerajaan Tertua di Nusantara!

Senin 27-10-2025,09:59 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Dengan tinggi mencapai beberapa meter dan berdiri megah di atas tugu, patung ini menjadi salah satu objek wisata ikonik yang sering dikunjungi wisatawan.

Patung ini dibuat dengan detail artistik yang tinggi. Seniman lokal menggambarkan Lembuswana dengan tubuh bersisik seperti naga, kaki kokoh bagaikan singa, dan kepala hewan berkekuatan besar.

Selain menjadi karya seni, patung Lembuswana juga berfungsi sebagai pengingat akan masa kejayaan kerajaan yang pernah berdiri megah di tepian Sungai Mahakam.

Simbol Kebanggaan Kutai Kartanegara

BACA JUGA:Sejarah Suku Aru: Asal Usul, Perkembangan Budaya, dan Perjuangan di Kepulauan Maluku!

Bagi masyarakat Kutai Kartanegara, Patung Lembuswana bukan sekadar monumen. Patung ini ibarat roh budaya yang hadir di tengah kehidupan masyarakat.

Ia menjadi lambang identitas, kekuatan, dan kebanggaan daerah. Tak heran jika gambar Lembuswana turut digunakan dalam logo pemerintah daerah, lambang kesultanan, hingga berbagai acara adat.

Setiap perayaan acara besar seperti Erau, patung ini kerap menjadi latar utama kegiatan budaya. Wisatawan yang datang pun menjadikan patung Lembuswana sebagai tempat wajib untuk berfoto.

Keberadaannya berhasil menghubungkan masa lalu dan masa kini, antara legenda dan realitas, antara tradisi dan pariwisata modern.

BACA JUGA:Sejarah Museum Multatuli: Jejak Perlawanan Multatuli terhadap Penindasan Kolonial di Lebak!

Kontroversi dan Pelestarian

Seiring perkembangan zaman, beberapa replika patung Lembuswana dibuat di berbagai titik di Tenggarong dan sekitarnya.

Namun, hal ini sempat mendatangkan kontroversi, terutama ketika ada patung yang dibangun dengan desain atau warna yang dianggap kurang sesuai dengan mitologi aslinya.

Meski begitu, seluruh patung tetap memiliki tujuan yang sama: menjaga dan melestarikan ikon budaya Kutai.

Pemerintah daerah bersama budayawan terus berupaya melestarikan nilai sejarah Lembuswana melalui festival budaya, pendidikan lokal, hingga perawatan rutin monumen ini.

BACA JUGA:Benteng Nassau di Banda Neira: Jejak Penjajahan VOC dan Tragedi Berdarah

Kategori :