Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda tampan, gagah, dan cerdas. Ia tidak mengetahui bahwa ayahnya adalah Tumang, anjing kesayangan ibunya.
Suatu hari, saat berburu di hutan, Sangkuriang secara tidak sengaja membunuh Tumang karena mengira anjing itu gagal memburu rusa.
Saat mengetahui hal itu, Dayang Sumbi murka dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka. Karena ketakutan, Sangkuriang melarikan diri jauh dari kerajaan.
Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang tumbuh menjadi pria dewasa yang kuat dan sakti.
BACA JUGA:Sejarah Suku Ambon: Jejak Peradaban, Tradisi Pela Gandong, dan Warisan Toleransi dari Tanah Maluku!
Ia kembali ke tanah kelahirannya tanpa mengenali ibunya. Dayang Sumbi, berkat kekuatan dewa, tetap awet muda dan masih tampak sangat cantik.
Pertemuan keduanya menumbuhkan benih cinta, tanpa keduanya menyadari hubungan darah yang terjalin di antara mereka.
Namun saat Dayang Sumbi memperhatikan bekas luka di kepala Sangkuriang, ia tersadar bahwa pemuda yang dicintainya adalah putranya sendiri.
Dengan hati hancur, Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahan itu. Ia pun mengajukan syarat mustahil: Sangkuriang harus membuat danau besar serta perahu raksasa dalam satu malam.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Inerie: Keagungan Alam dan Legenda dari Flores!
Kutukan yang Menciptakan Gunung
Sangkuriang menerima tantangan itu dengan bantuan kekuatan gaibnya. Ia memanggil para jin untuk membendung sungai dan membuat danau raksasa.
Segalanya hampir selesai sebelum fajar tiba. Melihat hal itu, Dayang Sumbi panik. Ia lalu berdoa agar fajar segera datang.
Doanya dikabulkan, ayam berkokok dan cahaya pagi muncul lebih cepat. Sangkuriang marah besar karena merasa ditipu.
BACA JUGA:Menyelami Pesona Danau Tamblingan: Harmoni Alam, Legenda Mistis, dan Nilai Spiritual di Bali Utara
Dengan murka, ia menendang perahu besar yang belum sempat ia gunakan. Perahu itu terbalik dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu.