Ubur-ubur ini merupakan hasil dari isolasi alami selama ribuan tahun, sehingga mereka berevolusi dan kehilangan kemampuan menyengat sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan tanpa predator.
Setidaknya terdapat empat jenis ubur-ubur unik di danau ini, di antaranya Aurelia aurita, Mastigias papua, Cassiopeia ornata, dan Tripedalia cystophora.
Fenomena ini menjadikan Danau Kakaban sebagai satu dari hanya dua lokasi di dunia yang memiliki populasi ubur-ubur tanpa sengat, selain Danau Jellyfish di Palau, Mikronesia.
Wisatawan yang datang ke Kakaban biasanya menyelam atau berenang di antara ubur-ubur tersebut, menikmati pengalaman langka yang tidak berbahaya dan sangat menenangkan.
BACA JUGA:Sejarah Suku Bima: Warisan Kerajaan Maritim di Ujung Timur Pulau Sumbawa!
Karena itu, Danau Kakaban sering disebut sebagai “danau ubur-ubur ajaib” yang menjadi ikon wisata bahari Indonesia.
Kekayaan Ekosistem dan Nilai Ilmiah
Selain ubur-ubur, Danau Kakaban juga menjadi rumah bagi berbagai jenis mikroorganisme dan biota endemik yang hanya bisa ditemukan di sana.
Airnya yang unik — hasil perpaduan air laut dan tawar — menciptakan ekosistem tersendiri.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Keraton Sanggau: Jejak Kejayaan Melayu di Tanah Kalimantan!
Beberapa spesies plankton dan ganggang yang hidup di danau ini bahkan belum sepenuhnya diteliti secara mendalam, sehingga menarik perhatian para ilmuwan dari berbagai negara.
Para peneliti memandang Kakaban sebagai laboratorium alam yang sangat berharga untuk mempelajari evolusi dan adaptasi makhluk laut terhadap isolasi lingkungan.
Dengan kondisi yang nyaris steril dari polusi dan campur tangan manusia, danau ini menjadi cermin kehidupan laut purba yang masih bertahan hingga kini.
Perlindungan dan Potensi Wisata
BACA JUGA:Sejarah Gunung Merapi: Antara Keindahan dan Letusan yang Menyimpan Cerita!
Keindahan dan keunikan Danau Kakaban membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di kawasan Derawan.