Kerangka tubuhnya terbuat dari anyaman bambu yang ringan sehingga orang di dalamnya bisa bergerak dengan leluasa.
Wajah ondel-ondel biasanya dicat dengan warna mencolok: merah untuk menggambarkan laki-laki, dan putih atau kuning untuk perempuan.
Kepala boneka dihiasi dengan rambut ijuk atau benang wol, sedangkan pakaiannya berupa baju adat Betawi yang berwarna cerah.
Ketika ditampilkan dalam tari, ondel-ondel bergerak maju-mundur, berputar, dan bergoyang mengikuti iringan musik tradisional.
BACA JUGA:Gunung Lumut, Jejak Sejarah dan Aura Mistis dari Tanah Kalimantan yang Sarat Legenda
Instrumen yang mengiringi biasanya adalah tanji, gambang kromong, gendang, dan kecrek, sehingga menghasilkan irama khas yang semarak.
Simbolisme dalam Tari Ondel-Ondel
Dalam budaya Betawi, ondel-ondel tidak sekadar boneka besar yang ditarikan. Kehadirannya sarat dengan makna simbolik.
Warna merah pada wajah laki-laki melambangkan keberanian, kekuatan, sekaligus penjaga masyarakat dari mara bahaya.
BACA JUGA:Dari Medan Perang Jadi Taman Damai Tempat Keluarga Berjalan Tenang
Sementara wajah putih atau kuning pada ondel-ondel perempuan melambangkan kesucian, kelembutan, dan pengayom keluarga.
Keduanya melambangkan keseimbangan antara unsur maskulin dan feminin dalam kehidupan masyarakat.
Saat ditarikan, ondel-ondel juga melambangkan kebersamaan dan kegembiraan, karena biasanya tampil berpasangan dalam berbagai acara keramaian.
Perkembangan Ondel-Ondel sebagai Tari Rakyat
BACA JUGA:Ayo Ikut Menyusuri Misteri Goa Kapur dengan Aliran Air Bawah Tanah!
Memasuki abad ke-20, ondel-ondel semakin populer di kalangan masyarakat luas. Tidak hanya tampil dalam acara adat, tetapi juga mulai ditampilkan dalam pawai budaya, festival, hingga peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.