Sisa-sisa kepercayaan ini masih dapat ditemukan dalam ritual adat mereka, seperti upacara pertanian dan tradisi penyembuhan.
Namun, pengaruh paling kuat datang dari Islam yang mulai menyebar ke Bengkulu melalui jalur perdagangan pantai barat Sumatra.
Sejak itu, mayoritas Suku Rejang memeluk agama Islam, meskipun adat lama tetap hidup berdampingan dengan ajaran agama.
Sistem Adat dan Kekerabatan
BACA JUGA:Ngulik Bareng, Yuk Ungkap Kisah Perang Laut di Teluk yang Lama Terkubur Waktu
Suku Rejang memiliki sistem adat yang terstruktur dan disebut dengan Hukum Adat Rejang. Hukum adat ini mengatur berbagai aspek kehidupan, mulai dari perkawinan, warisan, hingga penyelesaian sengketa.
Namun, dalam praktik sehari-hari, nilai gotong royong dan kebersamaan sangat dijunjung tinggi.
Mereka percaya bahwa kehidupan masyarakat hanya akan berjalan harmonis jika ada keseimbangan antara individu, keluarga, dan komunitas.
Aksara Kaganga: Warisan Literasi
BACA JUGA:Yuk Telusuri Jejak Sejarah di Balik Bendera Kuno yang Masih Terjaga Rapi
Salah satu kebanggaan Suku Rejang adalah aksara tradisional yang dikenal dengan nama Aksara Kaganga. Aksara ini digunakan untuk menulis Bahasa Rejang dan memiliki bentuk yang berbeda dari huruf-huruf Latin maupun Arab.
Walau kini tidak digunakan secara luas, upaya pelestarian aksara ini terus dilakukan oleh pemerintah daerah maupun komunitas budaya.
Ekonomi dan Kehidupan Sehari-hari
Sejak dahulu, Suku Rejang dikenal sebagai masyarakat agraris.
BACA JUGA:Ayo Intip Gimana Simbol Negara Berubah dari Era Kerajaan ke Republik Modern
Mereka hidup dari bercocok tanam, terutama padi ladang dan kopi, yang menjadi komoditas utama di wilayah pegunungan Bengkulu. Kopi Rejang bahkan cukup terkenal karena cita rasanya yang khas.