Ketiga, faktor keagamaan, karena Aceh pada masa itu dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara, sehingga menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah.
Kedatangan orang Minangkabau ke pesisir Aceh terutama melalui jalur laut. Mereka menetap di beberapa wilayah seperti Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Aceh Singkil.
Di daerah-daerah tersebut, mereka mendirikan kampung, membuka lahan pertanian, serta menjalin hubungan dagang dan kekerabatan dengan masyarakat Aceh.
BACA JUGA:Riuh Pasar Malam yang Selalu Jadi Jembatan Sosial Masyarakat
Perkawinan campur pun tak terelakkan, sehingga melahirkan generasi baru yang tetap membawa darah Minangkabau, tetapi tumbuh dalam budaya Aceh.
Identitas Budaya dan Bahasa
Salah satu ciri khas suku Aneuk Jamee adalah bahasanya. Mereka menggunakan bahasa Aneuk Jamee, yang merupakan turunan dari bahasa Minangkabau dengan pengaruh kuat bahasa Aceh.
Perpaduan ini menciptakan dialek yang unik, sehingga mampu membedakan mereka dari orang Minangkabau di Sumatera Barat maupun dari orang Aceh asli.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Danau Lido: Pesona Alam dan Jejak Masa Lampau di Bogor!
Dalam percakapan sehari-hari, bahasa Aneuk Jamee juga diperkaya dengan kosakata Melayu dan bahasa lokal lainnya.
Dalam hal adat, Aneuk Jamee masih membawa nuansa Minangkabau, seperti sistem kekeluargaan yang cenderung matrilineal.
Namun, karena berbaur dengan adat Aceh yang lebih patriarki, sistem tersebut mengalami penyesuaian.
Upacara adat, kesenian, serta pakaian tradisional Aneuk Jamee pun mencerminkan akulturasi dua budaya besar, yakni Aceh dan Minangkabau.
BACA JUGA:Ngulik Bareng Sejarah Surat Kabar Pertama yang Diam-Diam Bikin Pola Pikir Masyarakat Berbeda
Salah satu kesenian khas mereka adalah rapa’i geleng dan tarian tradisional yang biasa dipertunjukkan dalam acara adat maupun penyambutan tamu.
Selain itu, mereka juga mempertahankan tradisi lisan berupa pantun dan syair, yang menjadi bagian penting dalam budaya Minangkabau.