Pada dekade 2010-an, vila, resort, dan restoran mulai bermunculan di sekitar bukit. Posisi strategis yang menghadap Laut Flores dan menawarkan pemandangan matahari terbenam menjadikannya favorit wisatawan.
Beberapa properti bahkan menggunakan nama “Sylvia” untuk menarik perhatian pengunjung.
BACA JUGA:Pesona Alam Karanganyar: 4 Destinasi Wisata yang Tak Boleh Dilewatkan
BACA JUGA:Jelajahi Karanganyar: 4 Destinasi Wisata yang Memikat Hati!
Pesona Alam Bukit Sylvia
Meski tidak terlalu tinggi, puncak Bukit Sylvia menyuguhkan panorama laut biru, kapal-kapal bersandar, dan pulau-pulau kecil seperti Pulau Kukusan dan Pulau Bidadari.
Saat senja, langit berubah menjadi jingga kemerahan, menciptakan pemandangan dramatis yang digemari fotografer dan pencinta alam.
Vegetasi bukit didominasi padang rumput kering khas Flores yang berubah hijau saat musim hujan.
Kontras antara lanskap alami dan laut yang tenang memberikan nuansa eksotis tersendiri.
Dari Alam ke Pusat Pariwisata
Beberapa lahan Bukit Sylvia kini mulai dimanfaatkan untuk hotel dan properti wisata, menimbulkan pro dan kontra.
Pembangunan ini membawa manfaat ekonomi dan lapangan kerja, namun ada kekhawatiran terkait hilangnya ruang terbuka hijau dan terganggunya ekosistem alami.
Meski begitu, sebagian besar area bukit masih terbuka untuk publik. Wisatawan dan penduduk lokal kerap mendaki puncak bukit untuk menikmati pemandangan atau berolahraga ringan.
Identitas Baru Labuan Bajo
Meskipun Bukit Sylvia tidak memiliki nilai sejarah atau budaya tradisional, masyarakat lokal mulai melihatnya sebagai bagian dari identitas baru Labuan Bajo.