Di era modern, Sungai Barito tetap berperan sebagai jalur transportasi utama bagi daerah-daerah yang sulit diakses melalui jalur darat.
Namun, kegiatan penambangan, penebangan liar, dan limbah industri memberikan tekanan besar pada kelestarian lingkungan sungai.
Pencemaran dan sedimentasi mengancam kualitas air serta habitat ikan endemik seperti saluang, patin, dan baung.
BACA JUGA:Mengungkap Kisah Mistis dan Spiritualitas Gunung Pakuwojo: Warisan Sejarah dari Tanah Jawa
BACA JUGA:Gunung Sumantri: Jejak Sejarah dan Kisah Kepahlawanan di Atap Papua
Berbagai upaya konservasi telah dijalankan oleh pemerintah dan komunitas, meliputi pembersihan sungai, penanaman pohon di sepanjang tepian, serta edukasi lingkungan.
Kini, Sungai Barito bukan hanya sebuah sungai besar di Kalimantan, tetapi juga simbol peradaban yang terus berkembang.
Festival sungai, wisata susur sungai, dan ekspedisi budaya turut mengangkat nilai sejarah serta potensi ekonominya.
Salah satu landmark penting adalah Jembatan Barito, sebuah jembatan gantung megah yang menghubungkan Banjarmasin dengan Barito Kuala, sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan.