Selama era Orde Baru, pemerintah sering menggunakan nama geografis sebagai sarana untuk memperkuat identitas nasional. Nama-nama tokoh nasional diberikan kepada gunung-gunung di Papua sebagai bagian dari narasi integrasi Papua ke dalam NKRI.
Strategi ini bukan hanya memiliki fungsi administratif tetapi juga mengandung pesan simbolis: bahwa Papua adalah bagian yang utuh dari Indonesia, sejajar dengan daerah lain di nusantara.
BACA JUGA:Gunung Pakuwojo: Simbol Perjuangan dan Misteri Spiritual di Tengah Budaya Jawa
Pendakian yang Menantang dan Ekspedisi Terbatas
Gunung Sumantri menarik perhatian komunitas pendaki ekstrem. Namun, rute menuju puncaknya sangat menantang dan tidak terbuka untuk umum. Hanya ekspedisi tertentu yang memperoleh izin dan perlengkapan khusus yang dapat mencapai area ini.
Kondisi alam di sekitar gunung memaksa para pendaki untuk siap menghadapi suhu ekstrem, medan berbatu yang curam, serta tekanan udara yang rendah di ketinggian.
Dalam beberapa ekspedisi internasional yang mengincar Puncak Jaya, Gunung Sumantri biasanya menjadi bagian dari rute eksplorasi.
Potensi Wisata dan Upaya Pelestarian
Meskipun masih belum banyak disadari sebagai tempat wisata yang terkenal, Gunung Sumantri memiliki peluang besar sebagai destinasi wisata khusus seperti mendaki secara teknis, studi geologi, serta pengenalan sejarah bangsa.
Namun, setiap upaya untuk mengembangkan harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Ekosistem di wilayah pegunungan Papua sangat delicat, sehingga pendekatan yang hati-hati dan berkelanjutan harus menjadi prioritas agar keanekaragaman hayati dan lingkungan tetap terlindungi.