Simbol yang semula dianggap sebagai "Bintang Daud" sejatinya adalah shatkona, lambang kuno dari ajaran Hindu dan Tantra di India.
Simbol ini terbentuk dari dua segitiga yang saling bertumpuk: satu mengarah ke atas sebagai representasi energi maskulin (Siwa), dan satu lagi mengarah ke bawah melambangkan energi feminin (Shakti atau Parwati). Penyatuan keduanya melambangkan keharmonisan semesta dan kesadaran spiritual tertinggi.
Shatkona telah dikenal sejak lama dalam budaya spiritual India dan banyak digunakan dalam mandala serta simbol-simbol sakral.
Menariknya, di Indonesia, motif ini hanya secara eksplisit ditemukan pada Candi Tegowangi, menjadikannya unik dan penting dalam kajian simbolisme Nusantara.
Struktur keseluruhan candi menggambarkan ajaran dualitas dan keseimbangan antara unsur langit dan bumi, laki-laki dan perempuan, jiwa dan raga.
Salah satu buktinya adalah keberadaan yoni di kawasan candi, yang merupakan simbol feminin. Dahulu, yoni ini dipasangkan dengan lingga — simbol maskulin — meski kini lingga-nya telah hilang.
Tema keseimbangan polaritas ini merupakan inti ajaran spiritual Hindu-Buddha abad ke-14 dan ke-15, terutama dalam pendekatan Tantra.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Kluet: Asal Usul, Budaya, dan Perannya dalam Keberagaman Aceh Selatan!
BACA JUGA:Jejak Budaya Maluku di Museum Siwalima: Dari Koleksi Sejarah hingga Kearifan Lokal
Cerita Sadewa dalam relief Sudamala yang diukir pada candi ini juga dipercaya sebagai media ruwatan, atau ritual pembersihan diri dari energi buruk.
Cerita yang sama juga ditemukan pada Candi Sukuh dan Cetho di Gunung Lawu, yang dikenal dengan tema relief yang serupa.
Simbol shatkona yang berada di dekat pahatan naga dan kura-kura pun mengingatkan pada mitos Hindu kuno Samudramanthana, atau kisah pengadukan lautan susu simbol penciptaan dan keseimbangan kosmik.
Keseluruhan simbolisme ini menunjukkan bahwa para perajin dan pemahat candi memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang ajaran filsafat India, yang kemudian berbaur dengan kearifan lokal Jawa.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Bajo: Pengembara Laut dari Masa ke Masa!
BACA JUGA:Sejarah Bukit Karst: Jejak Geologi Purba, Warisan Alam, dan Budaya yang Terancam!
Sebagai kesimpulan, keberadaan simbol berbentuk segitiga bertumpuk di Candi Tegowangi bukanlah bukti pengaruh budaya Yahudi, melainkan bagian dari warisan spiritual Hindu-Tantra yang telah membaur dalam budaya Jawa.