Sistem adat Kluet sangat kental dan masih dijalankan secara turun-temurun.
Mereka memiliki lembaga adat yang disebut "Tuha Peut" dan "Tuha Lapan", yang berperan dalam menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat, seperti sengketa tanah, masalah rumah tangga, hingga urusan pernikahan.
Dalam pernikahan, masyarakat Kluet menerapkan sistem endogami terbatas, di mana seseorang dianjurkan untuk menikah dengan sesama suku, namun dari marga yang berbeda.
Prosesi pernikahan mereka juga sarat akan simbol dan ritual adat, seperti pemberian mahar dan upacara adat sebelum dan sesudah akad nikah.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Spiritualitas Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Bali!
Pengaruh Islam dan Proses Islamisasi
Islam memainkan peran penting dalam membentuk identitas spiritual masyarakat Kluet.
Proses islamisasi diperkirakan berlangsung sejak abad ke-16 ketika pengaruh Kesultanan Aceh mulai merambah wilayah Aceh Selatan.
Sebagian besar masyarakat Kluet saat ini memeluk agama Islam dan menjalankan ajaran agama secara taat.
Namun, uniknya, pengaruh Islam tidak menghapus nilai-nilai adat lama. Justru terjadi proses sinkretisme, di mana adat dan ajaran Islam berpadu dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya dapat dilihat dalam upacara adat yang tetap menghormati aturan syariat, serta keberadaan tokoh adat yang sering kali juga memegang peran sebagai tokoh agama.
Dinamika Sosial dan Perubahan Zaman
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Jempol di Lahat: Jejak Mistis dan Keelokan Alam Sumatera Selatan!
Seiring perkembangan zaman dan keterbukaan wilayah, masyarakat Kluet kini mengalami berbagai perubahan sosial. Modernisasi, pendidikan, dan arus globalisasi turut memengaruhi cara hidup mereka.
Banyak generasi muda Kluet kini menetap di kota besar untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja, namun tetap menjaga hubungan emosional dengan kampung halaman.
Sayangnya, perubahan ini juga menimbulkan tantangan tersendiri, terutama dalam hal pelestarian budaya.