Makna dan Sejarah Peusijuek: Ritual Adat Aceh untuk Penyucian dan Perlindungan Spiritual

Senin 23-06-2025,14:55 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Setelah Islam masuk, tradisi tersebut mengalami proses islamisasi yang membuat Peusijuek tetap melestarikan nilai budaya lokal sekaligus memperkuat aspek keagamaannya.

Prosesi dan Simbolisme

Pelaksanaan Peusijuek biasanya dipimpin oleh tokoh adat atau tokoh agama (seperti teungku atau imam) yang dihormati karena pengetahuan dan wibawanya.

Beberapa bahan yang digunakan dalam ritual ini memiliki makna simbolis mendalam, di antaranya:

Daun Teumurui (pandan wangi): Melambangkan harapan akan kehidupan yang harum dan bermakna.

Padi: Sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Air Tepung Tawar: Menandakan kesucian dan penyejukan, serta berfungsi sebagai pembersih dari hal-hal negatif.

Bunga Rampai: Melambangkan keindahan dan keharmonisan dalam kehidupan.

Suasana prosesi berlangsung dengan penuh khidmat namun juga akrab dan hangat.

BACA JUGA:Sejarah Bandara Soekarno-Hatta: Dari Lahan Cengkareng Menuju Gerbang Udara Internasional Indonesia!

BACA JUGA:Sejarah Suku Baduy: Penjaga Tradisi Leluhur di Tengah Arus Modernisasi!

Nilai Sosial dan Keagamaan

Peusijuek mengandung nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, karena melibatkan seluruh keluarga dan komunitas sehingga memperkuat ikatan sosial.

Doa yang dipanjatkan bukan hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga secara kolektif mewakili harapan bersama, menunjukkan kekuatan spiritual komunitas.

Selain itu, tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara aspek lahir dan batin, antara usaha manusia dan kehendak Tuhan, yang menjadi alasan mengapa Peusijuek terus dilestarikan meski zaman terus berubah.

Pelestarian di Masa Kini

Kategori :