Misalnya, dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, banyak pejuang kemerdekaan menggunakan kawasan pegunungan ini sebagai basis gerilya karena medan yang sulit diakses dan tersembunyi.
Selain itu, masyarakat adat di sekitar pegunungan, seperti suku Batak, Rejang, Kerinci, dan Lampung, memiliki hubungan spiritual dengan gunung-gunung yang mereka anggap suci.
Ritual-ritual adat dan mitologi tentang roh penjaga gunung hingga makhluk-makhluk gaib yang mendiami hutan pegunungan menjadi bagian dari kearifan lokal yang masih bertahan hingga kini.
Kekayaan Hayati yang Mengagumkan
Pegunungan Bukit Barisan menyimpan salah satu kekayaan biodiversitas terbesar di dunia.
Hutan hujan tropis di sepanjang barisan ini menjadi habitat berbagai spesies endemik seperti harimau sumatra, gajah sumatra, badak sumatra, dan tapir.
Beberapa taman nasional seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dibentuk untuk melindungi kekayaan flora dan fauna tersebut.
BACA JUGA:Tips Mengatasi Sakit Kepala akibat Kolesterol Tinggi: Cara Alami dan Medis untuk Meredakannya!
Keberadaan pegunungan ini juga sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Ia berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang menyuplai kebutuhan air bersih bagi jutaan penduduk Sumatra serta sebagai pengendali iklim mikro di sekitarnya.
Peran Strategis dalam Era Modern
Dalam konteks pembangunan modern, Pegunungan Bukit Barisan memiliki tantangan dan peran baru.
Selain menjadi objek pariwisata alam yang menarik, pegunungan ini juga menghadapi ancaman besar seperti deforestasi, perambahan hutan, dan tambang liar.
Aktivitas manusia yang tidak terkontrol mengancam kelestarian kawasan yang dulunya begitu murni.
Namun demikian, berbagai upaya konservasi telah digencarkan oleh pemerintah, LSM, dan komunitas lokal.
Salah satu yang terkenal adalah program-program konservasi harimau dan gajah Sumatra, serta restorasi hutan yang rusak.