Desa Adat Ratenggaro: Warisan Arsitektur Unik dan Kisah Perang Suku di Tanah Sumba

Jumat 20-06-2025,23:58 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Ketinggian atap mencerminkan status sosial pemilik rumah. Rumah panggung ini memiliki empat tingkat dengan fungsi berbeda:

Lantai pertama untuk kandang ternak

Lantai kedua sebagai tempat tinggal keluarga

Lantai ketiga untuk menyimpan hasil panen

Lantai keempat sebagai tempat penyimpanan benda pusaka dan tanduk kerbau

Desa ini juga memiliki empat rumah adat sakral yang menjadi simbol keluarga dan leluhur, masing-masing diletakkan menghadap empat penjuru mata angin. Posisi dan jumlah rumah tersebut tidak pernah berubah sejak masa lampau.

BACA JUGA:Sejarah Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali: Dari Lapangan Terbang Sederhana Menjadi Gerbang Wisata!

BACA JUGA:Sejarah Bandara Soekarno-Hatta: Dari Lahan Cengkareng Menuju Gerbang Udara Internasional Indonesia!

Makam Megalitikum Berusia Ribuan Tahun

Di desa ini terdapat lebih dari 300 makam batu yang diperkirakan telah ada sejak 4.500 tahun lalu.

Tiga di antaranya terletak dekat pantai dan memiliki bentuk unik menyerupai meja raksasa. Meskipun berada di tepi laut dan terkena ombak secara terus-menerus, makam-makam tersebut tetap kokoh.

Beberapa makam dianggap sakral, seperti makam pendiri desa Gaura dan istrinya Mamba.

Selain itu, terdapat pula batu-batu keramat seperti Tugu Katode yang diyakini membawa kemenangan dalam peperangan, Tugu Ambu Lere Loha yang dipercaya memiliki kekuatan petir, dan batu untuk memohon hujan.

Menunggang Kuda Sandalwood

Salah satu aktivitas menarik di Ratenggaro adalah menunggang kuda Sandalwood, jenis kuda lokal hasil persilangan antara kuda Arab dan kuda poni Sumba.

BACA JUGA:Sejarah Suku Moronene: Warisan Leluhur yang Bertahan di Tengah Arus Modernisasi!

Kategori :