Tenun Gringsing: Kain Suci Sebuah Warisan Budaya Bali

Kamis 19-06-2025,04:02 WIB
Reporter : Devi
Editor : Gusti

BACA JUGA:Filosofi dalam Kain: Kearifan Lokal Suku Seram Lewat Pakaian Tradisional

Teknik Pembuatan Tenun Gringsing

Pembuatan kain gringsing dapat memakan waktu hingga dua bulan, sedangkan untuk motif dobel ikat bisa memerlukan waktu antara dua hingga lima tahun.

Berbeda dari tenun biasa, pada teknik dobel ikat, benang lungsi dan pakan akan diikat sebelum proses pewarnaan dimulai.

Semua proses dilakukan secara manual, dan penenun hanya dibantu dengan alat tenun gedogan atau ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk membantu merentangkan, menahan, dan merapikan benang yang sedang dikerjakan.

BACA JUGA:Cuma Dapat THR Rp. 150.000 di DANA? Begini Cara Pakainya Biar Nggak Cepat Habis!

Selama menenun, penenun biasanya duduk dengan posisi bersimpuh atau meluruskan kaki di lantai.

Tenun gringsing menggunakan teknik ikat, yang memerlukan keterampilan tangan serta ketelitian tinggi.

Proses pembuatan diawali dengan memintal benang secara tradisional menggunakan tangan.

Benang ini berasal dari tanaman kapuk berbiji satu yang hanya dapat ditemukan di Nusa Penida.

BACA JUGA:Dapat THR Rp. 150.000 dari DANA? Begini Cara Pakainya Agar Untung Maksimal!

Setelah selesai dipintal, benang direndam dalam minyak kemiri.

Kemiri yang digunakan diambil dari hutan Tenganan, yang telah matang dan jatuh dengan sendirinya dari pohonnya.

Tujuan perendaman ini adalah untuk memperkuat penyerapan warna, sehingga warna dapat lebih menempel dan masuk ke dalam benang.

Minyak kemiri juga berfungsi untuk memberikan kilau, membuat benang lebih lembut, serta melindungi dari kerusakan serat.

BACA JUGA:Mengungkap Makna Kain Ulos: Warisan Leluhur dan Identitas Suku Batak

Kategori :