Sejarah Mengenal Jubleg: Alat Tumbuk Padi Tradisional yang Sarat Nilai Budaya dan Kearifan Lokal!

Selasa 17-06-2025,15:01 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di balik semangkuk nasi yang tersaji di meja makan, tersimpan kisah panjang tentang perjuangan dan kearifan lokal dalam mengolah padi.

Salah satu alat tradisional yang memiliki peran penting dalam sejarah pertanian dan pengolahan padi di Indonesia adalah jubleg.

Meskipun kini mulai tergeser oleh mesin modern, jubleg menyimpan nilai historis, budaya, dan filosofi yang mendalam.

Apa Itu Jubleg?

BACA JUGA:Sejarah Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali: Dari Lapangan Terbang Sederhana Menjadi Gerbang Wisata!

Jubleg adalah alat tumbuk padi tradisional yang digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan, untuk memisahkan kulit ari dari butiran padi, menjadikannya beras yang siap diolah.

Alat ini biasanya terbuat dari batang kayu utuh yang dilubangi di bagian tengahnya untuk menampung padi, sementara alat penumbuknya disebut alu, berupa batang kayu panjang yang digunakan untuk menumbuk padi dalam jubleg.

Dalam beberapa daerah, nama jubleg bisa berbeda. Di Jawa misalnya, alat ini dikenal sebagai lesung dan alu, sementara di Bali juga disebut jubleg atau lesung kayu.

Meskipun namanya beragam, fungsinya tetap sama—sebagai sarana utama dalam proses penumbukan padi secara manual.

Asal-Usul dan Perkembangannya

BACA JUGA:Sejarah Bandara Soekarno-Hatta: Dari Lahan Cengkareng Menuju Gerbang Udara Internasional Indonesia!

Keberadaan jubleg sudah dikenal sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia, jauh sebelum teknologi mesin penggiling padi dikenal luas.

Bukti arkeologis dan cerita turun-temurun dari masyarakat adat menunjukkan bahwa penggunaan alat tumbuk padi telah berlangsung selama ratusan tahun.

Dalam masyarakat agraris tradisional, terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera, keberadaan jubleg menjadi simbol penting dari ketahanan pangan.

Kategori :