Menguak Sejarah Makam Sunan Muria: Warisan Spiritual di Lereng Gunung Kudus!

Senin 16-06-2025,11:20 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Letak makamnya yang cukup tinggi dipercaya merupakan pilihan pribadi beliau, mencerminkan hidupnya yang sederhana dan menyendiri di tengah alam.

Keputusan ini juga memperkuat citra Sunan Muria sebagai sosok yang tidak hanya mengajarkan spiritualitas, tetapi juga hidup harmonis dengan lingkungan.

Makam ini diperkirakan mulai ramai dikunjungi sejak abad ke-17, ketika praktik ziarah wali mulai menjadi bagian dari tradisi Islam Nusantara.

Para peziarah datang untuk berdoa, meminta berkah, dan mengenang jasa-jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah.

Arsitektur dan Kompleks Makam

Kompleks makam Sunan Muria terdiri dari beberapa bagian penting.

Seperti gerbang utama, tangga panjang yang disebut "tangga seribu", serta bangunan utama tempat makam Sunan Muria berada.

Untuk mencapai makam, para peziarah harus menapaki ratusan anak tangga yang menanjak dari bawah bukit hingga ke atas.

Meskipun cukup melelahkan, perjalanan ini dipercaya sebagai bentuk perjuangan spiritual bagi peziarah.

BACA JUGA:Sejarah Wali Songo dalam Menyebarkan Agama Islam di Tanah Jawa secara Damai dan Berbudaya!

Bangunan makamnya sendiri bergaya arsitektur tradisional Jawa dengan sentuhan Islam.

Terdapat cungkup atau bangunan pelindung makam, serta beberapa batu nisan kuno yang masih terjaga keasliannya.

Di sekeliling kompleks, terdapat pula warung, tempat istirahat, dan area khusus untuk berdoa.

Tradisi dan Ziarah

Hingga kini, makam Sunan Muria masih menjadi tujuan utama para peziarah, terutama pada bulan-bulan tertentu seperti Maulid Nabi, bulan Sya’ban, dan bulan Muharram.

Tradisi “nyadran” atau kenduri juga masih sering dilakukan oleh masyarakat sekitar sebagai bentuk penghormatan terhadap sang wali.

Kategori :