Fungsi Istana dalam Kehidupan Sosial dan Budaya
Pada masa kejayaannya, Asi Mbojo tidak hanya berfungsi sebagai kediaman keluarga kerajaan, tetapi juga menjadi pusat administrasi, kegiatan adat, dan ritual keagamaan.
Istana ini memiliki ruang pertemuan penting, kamar keluarga bangsawan, gudang pusaka, dan ruangan khusus untuk upacara resmi.
Berbagai acara penting seperti penobatan sultan, pernikahan adat, dan perayaan hari besar Islam berlangsung di sini.
Masa Penjajahan dan Integrasi ke NKRI
Meskipun berada di bawah penjajahan Belanda dan Jepang, Kesultanan Bima tetap eksis hingga masa kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:Sejarah Suku Amungme: Penjaga Tanah Suci di Lembah Pegunungan Papua!
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Suku Kamoro: Jejak Leluhur, Tradisi, dan Tantangan di Pesisir Papua!
Setelah Indonesia merdeka, sistem kesultanan secara bertahap dihapuskan, dan pada tahun 1958 wilayah Bima resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia. Walaupun bukan pusat kekuasaan lagi, istana ini tetap menjadi simbol identitas sejarah masyarakat Bima.
Asi Mbojo Sekarang: Museum dan Pusat Budaya
Kini, Asi Mbojo telah bertransformasi menjadi Museum Asi Mbojo yang terbuka untuk umum, berfungsi sebagai sarana edukasi budaya dan pelestarian sejarah lokal.
Di museum ini, pengunjung dapat melihat koleksi penting seperti senjata pusaka (keris dan tombak), busana tradisional, potret keluarga kerajaan, manuskrip kuno berbahasa Arab dan Bima, miniatur istana, serta dokumentasi sejarah.
Museum ini juga rutin menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya, seperti pertunjukan tari tradisional, pameran, dan festival adat, guna menjaga dan melestarikan kearifan lokal.
BACA JUGA:Sejarah Danua Rayo: Jejak Peradaban Kuno di Tepian Sungai Batanghari, Jambi!
BACA JUGA:Sejarah Danau Situ Gunung: Legenda, Jejak Kolonial, dan Harmoni Alam di Kaki Gunung Gede!
Warisan yang Tetap Hidup