BACA JUGA:Sejarah Danua Rayo: Jejak Peradaban Kuno di Tepian Sungai Batanghari, Jambi!
Mendadak memiliki banyak uang tanpa pekerjaan tetap dan sumber kekayaan yang jelas.
Cat rumah menggunakan warna mencolok atau cerah, karena diyakini tuyul menyukai warna seperti anak kecil.
Cara berjalan yang membungkuk, diduga karena membawa tuyul di punggung saat bepergian.
Istri terlihat lemah dan pucat, karena dalam kepercayaan tuyul harus “menyusu” pada istri majikannya sebelum bekerja.
Menjauh dari aktivitas keagamaan atau malas beribadah, padahal sebelumnya rajin.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Suku Kamoro: Jejak Leluhur, Tradisi, dan Tantangan di Pesisir Papua!
BACA JUGA:Sejarah Suku Kei: Jejak Leluhur, Hukum Adat Larvul Ngabal, dan Warisan Maritim di Tenggara Maluku!
Enggan bersedekah, karena uang hasil pesugihan dianggap tidak boleh dipakai untuk kebaikan agar tuyul tetap betah.
Sering berada di tempat yang ramai, biasanya untuk mengamati calon korban atau lokasi target pengambilan uang.
Selalu meninggalkan makanan sisa, sebagai bagian dari ikatan atau ritual dengan tuyul.