Tidak seperti masjid pada umumnya yang hanya memiliki satu atau dua kubah utama, bangunan ini memadukan kubisme arsitektur Timur Tengah dengan sentuhan lokal Bugis-Makassar.
BACA JUGA:Sejarah Suku Moni: Menyelami Jejak Budaya Leluhur di Pegunungan Papua Tengah!
Kubah-kubah berwarna merah, oranye, dan kuning tersusun rapi di bagian atap, membentuk gradasi warna yang indah dan mencolok, terutama saat terkena cahaya matahari.
Warna-warna cerah tersebut menyimbolkan semangat, optimisme, dan kehangatan masyarakat Sulawesi Selatan.
Dari kejauhan, masjid ini tampak seperti mahkota yang berdiri megah di tepi laut. Keindahannya semakin menonjol saat sore hari, ketika cahaya senja memantulkan warna-warna kubah yang gemerlap di atas permukaan air laut.
Lokasi dan Fungsi
Masjid 99 Kubah dibangun di atas lahan reklamasi yang merupakan bagian dari megaproyek Center Point of Indonesia (CPI), tepatnya di kawasan Pantai Losari, Makassar.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Biak: Warisan Bahari dari Tanah Papua!
Lokasi ini dipilih karena memiliki nilai strategis—berada di kawasan wisata favorit, dekat dengan pusat kota, dan menghadap langsung ke laut.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan sebagai pusat kegiatan keislaman, seperti pengajian, kajian keagamaan, dan peringatan hari-hari besar Islam.
Selain itu, masjid ini telah menjadi destinasi wisata religi yang menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Tantangan dalam Proyek Pembangunan
Pembangunan Masjid 99 Kubah tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah kondisi lahan reklamasi yang harus disiapkan dengan teknologi khusus agar kuat menopang struktur bangunan yang sangat besar.
BACA JUGA:Sejarah Suku Enggros: Masyarakat Pesisir yang Menjaga Warisan Leluhur di Teluk Youtefa!
Selain itu, biaya pembangunan yang cukup besar juga menjadi tantangan tersendiri.
Meski demikian, dengan dukungan berbagai pihak, pembangunan masjid terus berlanjut secara bertahap dan sebagian besar telah rampung dan bisa digunakan oleh masyarakat.