Di sana, para perempuan Enggros menjalankan ritual adat, berdiskusi tentang persoalan rumah tangga, serta melestarikan kearifan lokal yang diwariskan dari leluhur.
Rumah Tambat menjadi simbol penting dari keberadaan perempuan dalam sistem sosial Suku Enggros. Fungsi rumah ini juga memperlihatkan peran strategis perempuan dalam menjaga nilai-nilai adat dan budaya suku.
Sistem Sosial dan Tradisi
Suku Enggros menganut sistem sosial yang cukup sederhana namun solid. Mereka dipimpin oleh seorang tetua adat atau kepala suku yang dihormati karena pengetahuan dan kebijaksanaannya.
Keputusan penting yang berkaitan dengan adat dan kehidupan masyarakat biasanya dibahas dalam forum musyawarah bersama, di mana suara perempuan juga dihargai melalui representasi mereka di Rumah Tambat.
Dalam hal tradisi, Suku Enggros masih mempertahankan berbagai upacara adat, seperti upacara laut, ritual panen hasil laut, dan peringatan hari nenek moyang.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Perang Salib: Perang Suci yang Mengubah Dunia!
Namun, generasi muda kini mulai banyak menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, yang menjadi tantangan tersendiri bagi pelestarian bahasa ibu mereka.
Tantangan dan Modernisasi
Dalam beberapa dekade terakhir, Suku Enggros menghadapi tantangan besar dari perubahan sosial dan tekanan pembangunan kota.
Perluasan wilayah Jayapura dan pembangunan infrastruktur mengancam eksistensi kampung air yang telah ada sejak lama.
BACA JUGA:Sejarah Suku Rawas: Menyelami Warisan Budaya di Pinggiran Sumatera Selatan!
Bahkan hutan mangrove yang menjadi sumber penghidupan masyarakat mulai menyusut karena reklamasi dan eksploitasi lingkungan.
Selain itu, generasi muda Enggros semakin terpapar oleh budaya luar dan teknologi digital, yang membuat banyak dari mereka meninggalkan adat istiadat yang telah diwariskan turun-temurun.
Beberapa anak muda pun mulai meninggalkan kampung untuk mencari pekerjaan dan pendidikan di kota, menyebabkan kekosongan dalam regenerasi adat dan budaya lokal.