Peranannya sebagai pemimpin spiritual membuatnya terlibat dalam pengangkatan para raja di pesisir utara Jawa.
Karena pengaruhnya yang besar, penjajah Belanda bahkan menjulukinya sebagai “Paus Islam”.
Pada tahun 1568, ia turut menjadi penengah dalam pertemuan penting antara Raja Pajang dan Raja Surabaya.
Ia juga memperkuat hubungan politik dengan memfasilitasi pernikahan antar bangsawan serta membantu pendirian Kadipaten Lamongan, sekaligus menunjuk Tumenggung Surajaya sebagai penguasanya.
Peninggalan dan Jejak Budaya
Sunan Prapen wafat pada tahun 1606 dan dimakamkan di Klangonan, Kebomas, Gresik, tidak jauh dari makam leluhurnya.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Tugu Batu Sawangan Depok: Warisan Leluhur yang Tersembunyi di Tengah Modernisasi!
BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Tugu Thomas Parr: Jejak Kolonial di Tanah Bengkulu!
BACA JUGA:Memahami Sejarah Suku Mentawai: Warisan Leluhur dari Pulau Terpencil!
Meskipun tidak sepopuler wali lainnya, peninggalannya tetap dirawat dan menjadi bagian penting dalam warisan budaya Islam di Nusantara.
Beberapa peninggalan yang dihubungkan dengan dirinya antara lain:
Keris Suro Angun-Angun, yang diyakini memiliki kekuatan spiritual.
Keris Mahesa Sundari, hadiah bagi pembuat pintu makam Giri.
Renovasi Cungkup Makam Sunan Giri pada tahun 1598.
Pemindahan Masjid Giri dari Sedayu ke Giri Kedaton (1590).
Pembuatan mimbar masjid pada 1593.