Sejarah Gunung Iliwerung: Antara Gejolak Alam dan Kehidupan Masyarakat Lembata!

Sabtu 17-05-2025,21:29 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Hubungan dengan Kehidupan Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Iliwerung, terutama di desa-desa seperti Lamawolo, Lamatokan, dan Waimatan, telah terbiasa hidup berdampingan dengan gunung api tersebut.

Mereka menjadikan lereng gunung sebagai lahan pertanian karena tanahnya subur akibat endapan abu vulkanik. Namun, mereka juga harus siap siaga terhadap ancaman letusan yang bisa datang sewaktu-waktu.

Dalam kehidupan spiritual masyarakat lokal, Iliwerung tidak hanya dipandang sebagai ancaman, tetapi juga sebagai simbol kekuatan alam yang harus dihormati.

Beberapa upacara adat dilakukan untuk “menenangkan” gunung, termasuk persembahan hasil panen dan doa kepada roh penjaga alam.

BACA JUGA:Menguak Sejarah Misteri Pulau Nusa Barong: Pulau Tak Berpenghuni yang Penuh Teka-Teki!

Peran Ilmiah dan Pemantauan

Karena potensi bahayanya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara rutin memantau aktivitas Gunung Iliwerung.

Pos pemantauan didirikan untuk mendeteksi perubahan suhu, gempa vulkanik, serta pergerakan tanah yang bisa mengindikasikan akan terjadinya letusan.

Salah satu tantangan dalam memantau Iliwerung adalah aktivitas vulkanik bawah lautnya yang sulit dideteksi secara langsung.

Potensi Geowisata dan Edukasi

Meskipun memiliki risiko bencana, Gunung Iliwerung juga menyimpan potensi sebagai destinasi geowisata dan edukasi vulkanologi.

BACA JUGA:Sejarah dan Makna Upacara Adat Peusijuek: Tradisi Penyejuk Jiwa dari Tanah Aceh!

Bentang alamnya yang indah, kombinasi antara pegunungan dan laut, serta kisah sejarah letusannya menjadi daya tarik tersendiri.

Jika dikembangkan dengan baik, kawasan ini bisa menjadi lokasi wisata berbasis pengetahuan sekaligus menjadi sarana edukasi mengenai mitigasi bencana alam

Kategori :