Mereka meyakini bahwa setiap gunung, hutan, sungai, dan batuan memiliki roh yang harus dihormati.
BACA JUGA:Pegunungan Meratus: Surga Tersembunyi dengan Mitos yang Menyala-nyala?
Gunung Gambuta juga dianggap sebagai tempat suci dan pusat spiritual dalam kehidupan masyarakat adat di sekitarnya.
Legenda dan Cerita Rakyat
Banyak kisah rakyat yang beredar di sekitar Gunung Gambuta.
Salah satu cerita yang paling terkenal adalah legenda tentang seorang pertapa sakti yang melakukan meditasi di puncak gunung untuk mendapatkan kemampuan gaib dan pencerahan.
Konon, roh pertapa tersebut masih menjaga gunung ini hingga saat ini.
Oleh karena itu, masyarakat Dayak sering melakukan ritual atau menawarkan sesaji di lokasi-lokasi tertentu sebagai bentuk penghormatan.
Cerita lain mengisahkan bahwa Gunung Gambuta adalah lokasi pertempuran antara para pemimpin adat melawan penjajah Kolonial Belanda yang berusaha mengeksploitasi sumber daya hutan.
Walaupun belum ada bukti sejarah yang mendokumentasikan kisah ini, narasi-narasi tersebut telah membentuk identitas dan membangkitkan rasa bangga masyarakat terhadap tanah leluhur mereka.
BACA JUGA:Longsor Jalur Pagar Alam - Tanjung Sakti, Tingkatkan Kewaspadaan Melintas
Peran dalam Konservasi dan Pariwisata
Dalam beberapa tahun terakhir, Gunung Gambuta mulai menarik minat para penggemar alam dan peneliti.
Pemerintah lokal bersama masyarakat adat dan organisasi lingkungan mulai mengembangkan area ini sebagai tujuan ekowisata berbasis budaya.
Pendakian Gunung Gambuta bukan sekadar mencari petualangan, tetapi juga sebagai sarana pendidikan mengenai pentingnya menjaga kelestarian hutan tropis dan warisan budaya.
Namun, rintangan masih ada. Pengembangan lahan, tindakan ilegal seperti pembalakan liar, dan pengaruh perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan Gunung Gambuta.