Mereka menolak bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan bersiap menghadapi Belanda yang ingin kembali.
Yang luar biasa, semua ini terjadi tanpa komando langsung dari pusat.
Ini bukan revolusi yang digerakkan oleh satu tokoh, tapi gelombang kesadaran kolektif yang lahir dari berita kemerdekaan.
BACA JUGA:Gagalkan Penyelundupan Sabu-Sabu di 2 Lokasi
Jika hari ini kita bisa menyebarkan berita hanya dengan satu klik, maka tahun 1945, berita itu disebarkan dengan darah, peluh, dan tekad.
Penyebaran proklamasi bukanlah urusan logistik, tapi urusan keyakinan.
Rakyat percaya, Indonesia memang sudah merdeka dan keyakinan itu cukup untuk menggerakkan satu bangsa dari Sabang sampai Merauke.
Maka jangan heran, jika hari ini kita menikmati kebebasan, itu karena dulu, ada anak-anak muda, wartawan, guru, petani, dan pejuang, yang menyebarkan satu berita: “Kami telah merdeka.”