Makam lainnya, seperti Makam Lihyan bin Kuza, menunjukkan tata ruang kompleks yang terdiri dari lorong luas, ruang utama, dan beberapa ruangan kecil, serta ukiran simbolik pada dindingnya yang berkaitan dengan kepercayaan spiritual masyarakat kuno.
Lebih dari Sekadar Kompleks Pemakaman
Selain area pemakaman, di Madain Saleh juga ditemukan reruntuhan kuil-kuil kuno, seperti Al-Khuraymat dan Al-Sabika, yang kemungkinan digunakan untuk keperluan ritual keagamaan.
BACA JUGA:Sejarah Danau Ranau: Warisan Geologi dan Budaya di Perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung!
BACA JUGA:Sejarah Monumen Bambu Runcing: Simbol Perjuangan Rakyat Surabaya Melawan Penjajah!
Sisa-sisa pemukiman, sumur, dan saluran air menunjukkan bahwa tempat ini dahulu merupakan kawasan pemukiman aktif dengan sistem pengelolaan sumber daya yang maju.
Menjelang abad ke-3 Masehi, wilayah ini mulai ditinggalkan, seiring dengan melemahnya Kerajaan Nabatea.
Pelestarian di Era Modern
Eksistensi Madain Saleh kembali diperkenalkan ke dunia oleh penjelajah asal Swiss, Johann Ludwig Burckhardt, pada abad ke-19. Kini, situs ini berada di bawah perlindungan otoritas Arab Saudi, dengan berbagai proyek konservasi dan penelitian terus dilakukan guna menjaga dan menggali potensi warisan budaya ini.