Sejarah Pulau Sebesi: Pulau Terdekat dari Krakatau yang Menyimpan Jejak Letusan Dahsyat!

Jumat 09-05-2025,04:30 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

BACA JUGA:Menelusuri Penyebaran Islam di Sumatera: Jejak Sejarah dan Perkembangannya

Tidak ada yang selamat. Pulau itu pun menjadi kosong dan tidak berpenghuni selama bertahun-tahun setelah bencana. Letusan Krakatau juga mengubah bentang alam Pulau Sebesi.

Sebagian besar vegetasi dan sumber air hancur. Debu vulkanik menutupi tanah, membuatnya sulit untuk ditanami dalam waktu singkat.

Beberapa ilmuwan dan peneliti geologi dari Eropa datang ke kawasan ini pada akhir abad ke-19 untuk mempelajari dampak letusan, termasuk pada Pulau Sebesi yang kala itu dijuluki sebagai “pulau mati”.

Pemulihan dan Kembali Dihuni

BACA JUGA:Menelusuri Monumen Merpati Perdamaian: Simbol Harapan dan Rekonsiliasi dari Teluk Palu!

Barulah pada awal abad ke-20, Pulau Sebesi mulai dihuni kembali. Para pendatang berasal dari berbagai daerah di Lampung, terutama dari pesisir Kalianda dan Rajabasa.

Mereka membangun permukiman baru dan memanfaatkan tanah yang sudah mulai subur kembali berkat material vulkanik yang kaya mineral.

Perlahan-lahan, pulau ini kembali menjadi komunitas nelayan dan petani. Sebagian masyarakat juga mulai membuka lahan untuk perkebunan, seperti kelapa dan pisang.

Pulau Sebesi Masa Kini

BACA JUGA:Sejarah dan Makna Tari Gambyong: Tarian Tradisional yang Mencerminkan Keanggunan Budaya Jawa!

Hingga kini, Pulau Sebesi masih dihuni oleh ratusan keluarga. Desa Tejang adalah satu-satunya desa di pulau tersebut, dengan kehidupan yang masih sangat tergantung pada alam.

Meski demikian, pulau ini tetap berada dalam kawasan rawan bencana, mengingat aktivitas vulkanik Krakatau yang belum sepenuhnya reda.

Pemerintah dan badan mitigasi bencana telah menempatkan sistem peringatan dini di pulau ini. Masyarakat lokal pun dilatih untuk menghadapi kemungkinan bencana alam, terutama tsunami dan letusan gunung berapi.

Kategori :