Pada akhirnya, Portugis harus menyerahkan beberapa pos strategis, termasuk Fort Saint Lucas.
Setelah diambil alih oleh Belanda, benteng ini kemudian direnovasi dan diberi nama baru sesuai dengan nama komandan militer VOC saat itu, yaitu Gerrit de Tolck.
Nama "Tolukko" berasal dari pelafalan lokal terhadap nama "de Tolck", dan nama ini bertahan hingga kini.
Kaitannya dengan Kesultanan Ternate
BACA JUGA:Prasasti Palas Pasemah: Jejak Kejayaan Sriwijaya dan Penyebaran Agama Buddha di Selatan Sumatera!
Benteng Tolukko tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kesultanan Ternate, salah satu kerajaan Islam yang paling berpengaruh di kawasan timur Nusantara.
Kesultanan Ternate memiliki relasi yang rumit dengan bangsa-bangsa Eropa.
Di satu sisi, mereka bekerja sama untuk memanfaatkan teknologi dan kekuatan militer Eropa guna melawan musuh-musuh lokal, namun di sisi lain.
Mereka juga berusaha mempertahankan kedaulatan dan tidak ingin sepenuhnya dikendalikan oleh asing.
BACA JUGA:Menguak Kisah Sejarah Suku Mante: Jejak Misterius Penghuni Tertua Aceh!
Benteng Tolukko beberapa kali menjadi medan konflik antara Kesultanan Ternate dan bangsa Eropa.
Dalam berbagai catatan sejarah, Sultan Baabullah—salah satu sultan terbesar Ternate—pernah berhasil mengusir Portugis dari wilayahnya dan berusaha merebut kembali benteng-benteng strategis yang sempat diduduki.
Arsitektur dan Struktur Benteng
Secara arsitektural, Benteng Tolukko dibangun dengan gaya khas Eropa abad ke-16, berbentuk menyerupai lonjong memanjang dengan dinding tebal dari batu dan mortar.
BACA JUGA:Renville Ketika Meja Perundingan Menjadi Medan Perebutan Nasib Bangsa
Luasnya tidak terlalu besar dibandingkan benteng-benteng lain di Nusantara, namun cukup kokoh untuk dijadikan markas pertahanan.