Mulai dari penggunaan kata sandi yang kuat, autentikasi dua langkah, hingga kebiasaan tidak sembarangan membuka tautan atau mengunduh file dari sumber yang tidak terpercaya.
Sayangnya, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Banyak yang belum memahami bahwa membagikan terlalu banyak informasi pribadi di media sosial adalah tindakan berisiko.
Sebagian besar orang masih menggunakan kata sandi sederhana seperti tanggal lahir atau nama hewan peliharaan mudah ditebak oleh siapa saja, termasuk peretas.
BACA JUGA:Teknologi Quantum Masa Depan Komputasi yang Bisa Mengalahkan Superkomputer
Pendidikan mengenai keamanan digital perlu dimulai sejak dini.
Anak-anak yang sejak kecil sudah memegang gawai perlu diajarkan bukan hanya cara menggunakannya, tapi juga bagaimana menjaganya.
Sekolah dan keluarga harus bekerja sama menciptakan budaya digital yang sehat yang tidak hanya menghibur, tetapi juga aman.
Pemerintah dan sektor swasta juga memiliki peran strategis.
BACA JUGA:Mengejutkan 5 Startup Teknologi Indonesia Ini Diam-diam Kuasai Pasar Digital
Regulasi perlindungan data pribadi, kampanye literasi digital, hingga penyediaan perangkat lunak keamanan yang terjangkau sangat diperlukan.
Kita tak bisa hanya mengandalkan individu untuk melindungi dirinya sendiri. Sistem harus mendukung.
Namun, di balik segala teknologi dan sistem canggih, kesadaran pribadi tetap menjadi pertahanan pertama.
Jangan mudah percaya pada email yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan.
BACA JUGA:Sony Xperia 1 VI, Ponsel Flagship dengan Dimensi Lebih Lebar dan Teknologi Terbaru
Jangan sembarangan membagikan informasi pribadi hanya karena tergoda hadiah palsu. Dunia digital memang luas, tetapi kita harus cerdas dalam menjelajahinya.