DSLR memang menang dalam hal kualitas mentah (raw) dan fleksibilitas pengaturan manual.
Tapi smartphone menang dalam kecepatan, kemudahan, dan kemampuan pasca-pemrosesan otomatis.
Siapa pun, tanpa pengetahuan teknis, bisa memotret seperti profesional hanya dengan satu ketukan jari.
BACA JUGA:Tak Lagi Tradisional,Teknologi Ini Diam-diam Merevolusi Dunia Pertanian
Meski pasar DSLR dan kamera mirrorless terus menyusut, mereka tetap memiliki tempat di dunia fotografi profesional.
Foto iklan, pernikahan, hingga dokumentasi jurnalistik masih mengandalkan kamera dengan sensor besar dan lensa berkualitas tinggi.
Namun, untuk kebanyakan orang, kamera terbaik adalah yang ada di saku.
Dan itu adalah smartphone.
Lebih praktis, lebih cepat, dan hasilnya cukup untuk dibagikan di media sosial tempat mayoritas foto kita berakhir hari ini.
BACA JUGA:Mengejutkan 5 Startup Teknologi Indonesia Ini Diam-diam Kuasai Pasar Digital
Teknologi terus mengecilkan batas antara profesional dan amatir. Kamera DSLR pernah jadi raja, tapi smartphone-lah yang kini menjadi alat demokratisasi fotografi. Dalam satu genggaman, siapa pun bisa menjadi pencipta visual. Dunia sudah berubah—dan kamera ikut berubah bersamanya.