BACA JUGA:Sejarah dan Peran Museum Keris Nusantara dalam Melestarikan Warisan Budaya Indonesia di Bandung!
Goresan-goresan ini kerap berbentuk pola spiral, garis, atau gambar makhluk-makhluk tertentu yang hingga kini masih diteliti makna simboliknya.
Beberapa peneliti menduga bahwa gambar-gambar tersebut merupakan bagian dari ritual kepercayaan masyarakat setempat pada zaman itu.
Jejak Budaya Leluhur yang Masih Hidup
Menariknya, sebagian tradisi masyarakat adat Kerinci hingga kini masih menunjukkan pengaruh dari budaya megalitikum.
Misalnya, dalam upacara adat tertentu, masih ditemukan penggunaan batu-batu besar sebagai bagian dari prosesi ritual.
BACA JUGA:Sejarah Museum Talaga Manggung: Melestarikan Warisan Budaya dan Sejarah Kabupaten Majalengka!
Hal ini menunjukkan adanya kesinambungan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, meskipun telah melalui proses akulturasi dengan budaya lain, termasuk Islam.
Keterkaitan antara masa lalu dan masa kini ini memperkuat asumsi bahwa masyarakat Kerinci memiliki kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai leluhur mereka.
Situs-situs megalitikum tidak hanya dilihat sebagai peninggalan arkeologis semata, tetapi juga sebagai warisan budaya yang memiliki nilai spiritual dan identitas kultural.
Penelitian dan Pelestarian
Penelitian arkeologis di Kerinci sebenarnya telah berlangsung sejak era kolonial Belanda.
BACA JUGA:Sejarah Museum Puspa IPTEK Sundial: Mengungkap Keajaiban Ilmu Pengetahuan dan Teknologi!
Namun, baru dalam beberapa dekade terakhir, perhatian serius dari pemerintah dan akademisi terhadap situs megalitikum ini mulai meningkat.
Balai Arkeologi dan sejumlah universitas di Indonesia telah melakukan ekskavasi serta dokumentasi di beberapa lokasi penting. Sayangnya, banyak dari situs ini belum sepenuhnya terlindungi.
Ancaman datang dari aktivitas pertanian, pembangunan infrastruktur, hingga kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pelestarian warisan budaya.