Adapun ikrar ketiga, yang menegaskan bahwa seluruh pemuda Indonesia berjanji untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia, menjadi salah satu tonggak penting dalam menghubungkan berbagai suku dan daerah yang memiliki bahasa dan dialek yang berbeda-beda.
Bahasa Indonesia pun menjadi alat pemersatu yang tak hanya digunakan dalam pendidikan kolonial, tetapi kini menjadi bahasa yang menyatukan seluruh elemen bangsa dari Sabang hingga Merauke.
Sumpah Pemuda ini menandai perubahan besar dalam cara berpikir masyarakat Indonesia yang sebelumnya lebih terikat pada suku dan daerah asal mereka, beralih menjadi satu bangsa yang besar.
BACA JUGA:Sejarah yang Terlupakan, Perang Banten dan Kejatuhan Kedaulatan Nusantara
Semangat kebersamaan yang terbangun dari Sumpah Pemuda ini pun semakin menguatkan perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Sumpah Pemuda juga menjadi simbol awal munculnya semangat nasionalisme yang tidak hanya sebatas wacana, tetapi juga membawa dampak nyata dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Sumpah Pemuda, organisasi pemuda yang sebelumnya memiliki tujuan masing-masing mulai bersatu dan bergerak bersama untuk mewujudkan kemerdekaan.
Pada akhirnya, perjuangan panjang yang penuh rintangan dan pengorbanan ini berhasil membawa Indonesia kepada kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda, seperti persatuan, kebangsaan, dan penggunaan bahasa Indonesia, terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Momen bersejarah 28 Oktober 1928 ini tidak hanya sekadar sebuah ikrar di masa lalu, tetapi menjadi komitmen yang terus dilaksanakan dalam menjaga dan merawat persatuan Indonesia hingga kini.
Sumpah Pemuda adalah cerminan semangat pemuda Indonesia yang tak pernah luntur dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mewujudkan bangsa yang satu, Indonesia.