BACA JUGA:Sejarah Gunung Klabat: Gunung Tertinggi di Sulawesi Utara yang Sarat Legenda!
Salah satu titik penting dalam perjalanan adalah rumah pendeta setempat, yang biasa dijadikan tempat pelaporan keberangkatan pendaki.
Penduduk lokal yang ramah, mayoritas beragama Nasrani, juga menjadi nilai tambah dalam perjalanan ini.
Lanskap Awal: Padang Ilalang dan Hutan Lebat
Petualangan dimulai dengan melintasi padang ilalang berpadu pohon pinus. Sekitar satu jam perjalanan akan membawa pendaki ke pos 1.
Menuju pos 2, vegetasi menjadi lebih rapat, dengan semak belukar dan pepohonan berduri.
Saat musim hujan, jalur ini menjadi licin, menuntut kewaspadaan ekstra. Pos 2 berada di tengah hutan lebat berlumut, menciptakan atmosfer yang mistis.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Gunung Sirung: Mengenal Keunikan Vulkanik Kepulauan Alor
Pos 3: Tempat Favorit untuk Berkemah
Pos 3 menjadi lokasi strategis untuk beristirahat dan membangun tenda. Areanya luas, datar, dan memiliki sumber air, sangat ideal untuk persiapan menuju jalur-jalur berat berikutnya.
Menapaki Tantangan Menuju Puncak
Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 menanjak curam dan membutuhkan tenaga ekstra. Pos 4 menawarkan lahan yang cukup luas namun tidak memiliki sumber air.
Jalur menuju pos 5 dan pos 6 sedikit lebih landai tetapi tetap menguji fisik. Pos 6 adalah tempat terakhir yang menyediakan air, sering dijadikan lokasi bermalam sebelum summit attack.
BACA JUGA:Menelusuri Keindahan dan Misteri Gunung Sirung: Vulkanik yang Menyimpan Cerita di Kepulauan Alor
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Geurutee: Antara Legenda dan Keindahan Alam Aceh!