PAGARALAMPOS.COM - Sejak era kolonial, Kota Yogyakarta telah memiliki cukup banyak gedung bioskop untuk ukuran kota seluas 32,5 kilometer persegi, yang merupakan sekitar 1,02% dari total luas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pada dekade 1980-an, pertumbuhan jumlah gedung bioskop meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya penduduk. Menonton bioskop, yang kini lebih dikenal sebagai menonton film, menjadi salah satu hiburan utama bagi masyarakat Yogyakarta, terutama ketika acara televisi masih sangat terbatas. Film menjadi favorit karena merupakan salah satu sumber hiburan yang paling dapat diandalkan dalam masa itu. Gedung bioskop pun dipercaya menyimpan banyak kenangan indah bagi orang-orang yang pernah tinggal di Jogja. Dari gedung bioskop berkelas dengan tayangan perdana hingga bioskop kelas rakyat untuk kalangan dengan anggaran terbatas, keragaman penonton dan film yang diputar menciptakan keunikan tersendiri. Menariknya, seringkali dua gedung bioskop saling berkolaborasi untuk memutar film yang sama. Namun, teknologi proyektor masih bersifat analog dan filmnya berbentuk pita seluloid, sehingga terkadang pemutaran film terputus dan harus dihentikan untuk proses penyambungan. Tentu sangat berbeda dengan teknologi digital yang kita kenal sekarang, baik dalam hal alat pemutar maupun sistem tata suara.
BACA JUGA:Ternyata Ini Cerita Pilu dan Mengenaskan Dibalik Megah dan Germelapnya Bioskop Empire XXI Yogyakarta Hampir semua gedung bioskop zaman dulu menjadi bagian dari kenangan berharga. Kini, banyak yang telah dirobohkan atau beralih fungsi menjadi hotel, pusat perbelanjaan, atau tempat parkir kendaraan. Beberapa bangunan masih dipertahankan karena diakui sebagai Cagar Budaya. Mari kita ingat kembali beberapa gedung bioskop yang pernah berdiri sejak zaman kolonial hingga tahun 2000-an sebagai pengobat rindu suasana Jogja: 1. Gedung Bioskop Permata dan Gedung Bioskop Indra
Gedung Bioskop Permata terletak di Jalan Gajah Mada, Kemantren Pakualaman, Yogyakarta. Pada masa kolonial, bioskop ini dikenal sebagai Bioskop Luxor sebelum berganti nama menjadi Bioskop Permata. Hingga kini, bekas gedung ini dilestarikan dan termasuk bangunan Cagar Budaya. Saat masa kejayaannya, Bioskop Permata sering berkolaborasi dengan Gedung Bioskop Indra yang berlokasi di Jalan Margo Mulyo (dulu Jalan Jendral Ahmad Yani), tak jauh dari Pasar Bringharjo Yogyakarta. Sayangnya, bangunan Bioskop Indra sudah dibongkar dan digantikan oleh gedung baru yang direncanakan sebagai pusat Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro. 2. Gedung Bioskop Ratih dan Gedung Bioskop Rahayu
Bioskop Ratih yang terletak di Jalan Margo Utomo (dulu Jalan Pangeran Mangkubumi) berdekatan dengan kantor penerbitan koran tertua di Jogja, merupakan salah satu bioskop yang berdiri sejak zaman kolonial. Sebelumnya, bioskop ini pernah dibagi menjadi dua bagian, yaitu Ratih 1 dan Ratih 2 yang bersebelahan. Sementara itu, Bioskop Rahayu berada di Jalan Urip Sumoharjo (sering dikenal sebagai Jalan Solo), dan bangunannya kini digunakan sebagai tempat parkir serta pusat kuliner lesehan. 3. Bioskop Soboharsono dan Bioskop Yogya Theater
Bioskop Soboharsono berlokasi di Jalan Pekapalan, tepatnya di sudut timur laut Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Arsitektur asli bangunan bioskop ini masih terlihat jelas karena tetap mempertahankan konstruksi aslinya. Saat ini, kompleks Shopping Center, Bioskop Yogya Theater, dan Senopati Theater menjadi salah satu destinasi wisata di Taman Pintar Kota Yogyakarta.
BACA JUGA:Misteri Menghantui Bioskop Tua di Yogyakarta: Cerita Menyeramkan yang Wajib Diketahui! Dengan demikian, jejak sejarah gedung bioskop di Yogyakarta menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya kota ini, menawarkan nostalgia yang mendalam bagi setiap orang yang mengenangnya.
Tedy Kartyadi/Kabar Joglosemar melaporkan bahwa bangunan bekas yang kini telah direnovasi telah bertransformasi menjadi Jogja Gallery, sebuah tempat pameran kerajinan dan karya seni yang memperlihatkan karya para seniman dari Yogyakarta. Sementara itu, gedung bioskop Yogya Theater terletak di Jalan P. Senopati, Yogyakarta. Didirikan pada tahun 1970-an, gedung ini merupakan bagian dari satu-satunya pusat perbelanjaan, Shoping Center, yang ada di Kota Yogyakarta. Gedung ini dibangun di atas bekas lapangan sepak bola dan terminal bis, yang kemudian dipindahkan ke Taman Hiburan Rakyat (THR) di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Yogya Theater adalah bioskop pertama yang dibangun secara modern, dilengkapi dengan interior yang nyaman, sistem pendingin udara yang memadai, serta tata suara dan pencahayaan yang jauh lebih baik dibandingkan bioskop-bioskop lama dari zaman kolonial. Yogya Theater juga menandai awal sejarah perkembangan sejumlah gedung bioskop di Kota Yogyakarta. Salah satu hasil dari perkembangan ini adalah lahirnya Bioskop Serbaguna yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Senopati Theater, yang bersebelahan dengan Yogya Theater. Namun, dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan modern dan gedung-gedung bioskop yang lebih menarik, kompleks Shoping Center dengan dua gedung bioskopnya mengalami penurunan popularitas dan akhirnya ditutup. Kini, kawasan tersebut telah diubah oleh Pemerintah Kota Yogyakarta menjadi destinasi wisata yang dikenal dengan Taman Pintar. *