PAGARALAMPOS.CO- Suku Baduy merupakan kelompok masyarakat yang mendiami wilayah terpencil di Provinsi Banten, khususnya di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Mereka dikenal sebagai komunitas adat yang sangat menjaga tradisi dan nilai-nilai leluhur, serta memilih untuk hidup terpisah dari kemajuan teknologi dan modernitas.
Suku Baduy dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Meskipun keduanya berbeda dalam cara hidup dan tingkat keterbukaan terhadap pengaruh luar, keduanya tetap memiliki budaya, adat, dan sejarah yang serupa.
BACA JUGA:Mengapa Suku Aneuk Jamee di Pesisir Barat Aceh Unik? Temukan Informasinya di Sini!
Sejarah suku ini berhubungan erat dengan Kerajaan Sunda Pajajaran yang pernah berjaya di masa lalu, dan mereka dipercaya sebagai penerus atau penjaga spiritual dari wilayah kerajaan tersebut.
Oleh karena itu, masyarakat Baduy tetap memegang teguh aturan adat yang ketat, termasuk larangan untuk menggunakan teknologi modern, kendaraan, atau membangun rumah dengan bahan logam atau semen.
Berdasarkan penelitian sejarah dan antropologi, suku Baduy diyakini telah menghuni Pegunungan Kendeng sejak berabad-abad yang lalu.
Mereka diduga melarikan diri ke daerah tersebut untuk menghindari dampak dari kolonialisme dan modernisasi yang mulai menyebar ke seluruh Nusantara.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Kerajaan Pajajaran dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa
Seiring berjalannya waktu, mereka membentuk komunitas yang mandiri dan hidup harmoni dengan alam, menolak intervensi dari dunia luar.
Tradisi dan sistem pengetahuan mereka, termasuk aturan adat yang disebut "pikukuh", telah diteruskan secara turun-temurun.
Sampai saat ini, Suku Baduy tetap menjadi simbol keteguhan dalam menjaga warisan budaya asli Indonesia dan perhatian utama bagi para peneliti yang tertarik pada cara hidup mereka yang unik, sangat berbeda dari arus perkembangan zaman.
Keberadaan mereka bukan hanya mencerminkan nilai-nilai budaya yang kaya, tetapi juga menunjukkan pentingnya pelestarian masyarakat adat di tengah perubahan peradaban.
BACA JUGA:Gaza di Ambang Lupa: Ketika Warisan Sejarah Terkubur oleh Konflik