Menelusuri Sejarah Tari Zapin: Jejak Budaya Melayu yang Menari dalam Irama!

Minggu 13-04-2025,09:30 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Tari Zapin merupakan salah satu warisan budaya yang tumbuh subur di tengah masyarakat Melayu di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir seperti Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan bahkan hingga ke Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Tarian ini bukan sekadar gerak tubuh beriring musik, tetapi sebuah cerminan dari percampuran budaya dan nilai spiritual yang mendalam.

Dalam setiap langkah dan irama, tersimpan sejarah panjang yang memperlihatkan akulturasi antara budaya lokal dengan pengaruh luar yang memperkaya identitas bangsa.

Asal-Usul dan Akar Sejarah

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Tari Zapin: Jejak Budaya Melayu yang Menari dalam Irama!

Tari Zapin memiliki akar sejarah yang kuat dari dunia Islam. Kata “Zapin” berasal dari bahasa Arab, yaitu zafin, yang berarti “gerakan cepat kaki”.

Tari ini diyakini pertama kali dibawa oleh para pedagang dan ulama Arab, terutama dari Yaman, yang singgah di wilayah Nusantara sekitar abad ke-14 hingga ke-16.

Melalui hubungan perdagangan dan penyebaran agama Islam, mereka memperkenalkan tarian ini sebagai bagian dari syiar Islam.

Awalnya, Tari Zapin memiliki fungsi religius dan sakral. Tarian ini ditampilkan dalam kegiatan dakwah, peringatan hari besar Islam, dan acara-acara keagamaan di surau atau masjid.

Gerakan-gerakan dalam tari Zapin tidak semata-mata artistik, tetapi juga membawa nilai-nilai spiritual yang mencerminkan kedekatan dengan Sang Pencipta.

Bahkan, pada awal kemunculannya, Tari Zapin hanya boleh dibawakan oleh laki-laki, karena dianggap sebagai bagian dari ibadah.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo: Dinasti Maritim Penyatukan Sulawesi Selatan!

Perkembangan dan Perubahan Fungsi

Seiring waktu, peran Tari Zapin dalam masyarakat pun mengalami perubahan. Dari yang awalnya bersifat religius dan eksklusif, kini Zapin berkembang menjadi bagian dari kesenian rakyat yang bersifat hiburan, tanpa menghilangkan nilai-nilai etika dan kesopanannya.

Perubahan ini juga ditandai dengan keterlibatan perempuan dalam pertunjukan Zapin, serta modifikasi pada kostum dan koreografi yang menyesuaikan dengan konteks pertunjukan modern.

Kategori :