Dardanus menikahi putri Teucer, dan karena Teucer tidak memiliki putra, Dardanus menjadi pewaris kekuasaan di Troad. Keturunan Dardanus, yaitu Tros, kemudian menggantikan posisi ayahnya dan menamai kerajaannya sesuai dengan namanya sendiri, yaitu Troya.
Penduduk wilayah tersebut merupakan keturunan Teucer dan Dardanus, dengan pengaruh budaya yang masih terhubung dengan Kreta.
Pada masa awal, pusat pemerintahan mereka terletak di kaki Gunung Ida sebelum akhirnya berkembang lebih jauh.
BACA JUGA:Sejarah dan Keunikan Rumah Adat Baloy: Warisan Budaya Suku Tidung di Kalimantan Utara!
BACA JUGA:Sejarah Misteri Mahkota Kuno Blitar: Penemuan, Spekulasi, dan Fakta Sejarah!
Ilus dan Pendirian Kota Troya
Putra Tros, Ilus, memiliki peran besar dalam pembangunan Kota Troya. Dalam sebuah kompetisi di Frigia, Ilus memenangkan seekor sapi sebagai hadiah dan mendapat petunjuk bahwa ia harus mendirikan kota di tempat sapi tersebut beristirahat.
Mengikuti petunjuk itu, Ilus membangun sebuah kota yang dinamakan Ilios, sesuai dengan namanya sendiri. Seiring waktu, Ilios berkembang menjadi pusat kerajaan, dan nama Troya mulai dikaitkan dengan kota ini.
Dalam wiracarita Iliad karya Homer, kota ini disebut sebagai Ilios dan Troya secara bergantian.
Troya dan Hubungannya dengan Peradaban Yunani
Dalam Iliad, bangsa Troya digambarkan memiliki bahasa, budaya, dan kepercayaan yang mirip dengan bangsa Yunani.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Rumah Gapura Candi Bentar: Warisan Arsitektur Khas Bali!
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Rumah Adat Kariwari: Warisan Arsitektur Suku Tobati-Enggros!
Sejarawan Dionysius bahkan menyatakan bahwa Troya merupakan bagian dari peradaban Yunani.
Dari sudut pandang arkeologi, kota Troya pada Zaman Perunggu sering dikaitkan dengan Wilusa dalam catatan bangsa Het, yang diyakini sebagai bentuk lain dari nama Ilios.
Salah satu dokumen Het menyebutkan seorang raja Wilusa bernama Alaksandu, yang dianggap sebagai bentuk lain dari nama Yunani Alexandros.