
Masyarakat bisa menukar uang dalam jumlah kecil tanpa persyaratan yang rumit.
BACA JUGA:Jangan Sampai Ketinggalan! Marketplace Uang Baru Ini Bisa Bikin Anda Hemat Waktu!
Namun, ada juga beberapa kekurangan dalam menukar uang di pasar tradisional.
Salah satunya adalah biaya tambahan atau potongan yang dikenakan oleh penyedia jasa.
Berbeda dengan bank yang memberikan uang baru tanpa biaya tambahan, pedagang di pasar biasanya mengambil keuntungan dengan memotong sebagian nominal yang ditukarkan.
Misalnya, jika seseorang ingin menukar Rp100.000 dalam pecahan kecil, mereka mungkin hanya akan mendapatkan Rp95.000 atau Rp90.000 dalam bentuk uang baru, tergantung pada tingkat permintaan.
BACA JUGA:Mau Uang Pecahan Baru Tanpa Antre di Bank? Coba Cara Rahasia Ini di Tokopedia & Shopee!
Selain itu, risiko mendapatkan uang palsu juga lebih tinggi di pasar tradisional dibandingkan di bank.
Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih waspada dan teliti saat menerima uang baru dari pedagang di pasar.
Memeriksa ciri-ciri keaslian uang, seperti benang pengaman, tanda air, dan tekstur kertas, adalah langkah penting untuk menghindari penipuan.
Peran Bank Indonesia dalam Penukaran Uang Baru
Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada jasa penukaran di pasar tradisional, Bank Indonesia (BI) sering kali membuka layanan penukaran uang baru secara resmi menjelang hari-hari besar.
BACA JUGA:Ternyata, Kamu Bisa Tukar Uang Langsung Lewat Aplikasi! Begini Caranya!
Biasanya, BI bekerja sama dengan bank-bank nasional untuk menyediakan lokasi penukaran di berbagai titik strategis, termasuk rest area, kantor cabang bank, dan tempat umum lainnya.
Layanan ini diberikan secara gratis, sehingga masyarakat tidak perlu membayar biaya tambahan.
Namun, keterbatasan lokasi dan jumlah uang yang bisa ditukar sering kali membuat masyarakat tetap memilih pasar tradisional sebagai alternatif utama.